Menu

Mode Gelap
Pagar Laut dan Reklamasi: Konflik Ekosistem vs Kepentingan Modal Ekstradisi Paulus Tannos: Harapan Baru dalam Perjuangan Melawan Korupsi 352 Sekolah Tutup, Bangkok di Peringkat Kota Tercemar Dunia Gekrafs Papua Pegunungan Rayakan HUT ke-6 dengan Dukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Amnesti Papua: Harapan Baru atau Sekadar Langkah Simbolis?

Ekonomi · 16 Mar 2024 03:30 WIB ·

Pesimisme Pencapaian Target Pertumbuhan Ekonomi 2024


 Pesimisme Pencapaian Target Pertumbuhan Ekonomi 2024 Perbesar

Suaraindo.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI surplus sebesar US$0,87 miliar pada Februari 2024. Meski masih surplus, angkanya turun sebesar US$1,13 miliar dibanding bulan sebelumnya.

“Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/3).

Surplus neraca perdagangan Februari 2024 ini lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas, yaitu sebesar US$2,63 miliar. Adapun komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan nabati (HS15), dan juga besi dan baja (HS72).

Namun bebagai pihak, pengamat keuangan dan pengusaha menyatakan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 sebesar 5,2% masih sangat sulit tercapai. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani meyakini tahun ini, ekonomi Indonesia masih dibayangi oleh ketidakpastian.

“Kenapa temanya pesimis, ketidakpastian? Menurut saya tepat karena tahun ini penuh ketidakpastian. Jadi kita boleh saja prediksi target, kita di rentang 4,8% sampai 5,2%, tapi kenyataannya nobody will know for sure,” katanya dalam Detikcom Leaders Forum bertajuk Memantau Peluang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi di Sopo Dell Tower, Jakarta Selatan, Kamis (14/3/2024).

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2024 hanya akan mencapai 4,8%. Angka ini berada di bawah target pemerintah yang sebesar 5,2%.

“Dengan melihat kondisi global dan domestik bukannya pesimis, tetapi realistis untuk pertumbuhan ekonomi pada 2024. Indef memprediksi hanya sekitar 4,8%,” ucap Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti di Jakarta pada Kamis (14/3/2024).

Ester mengatakan dari sisi konsumsi rumah tangga, pada 2024 ini terjadi kekurangan pasokan bahan pangan. Pada saat yang sama, impor juga belum sepenuhnya dan produksi beras belum panen raya. Hal-hal tersebut mendorong peningkatan lonjakan permintaan bahan pangan, khususnya sebelum pemilu. Imbasnya terjadi kenaikan harga, apalagi pasokan berkurang saat permintaan meningkat ditambah ada faktor musiman seperti pemilu, Ramadan, dan Lebaran.

“Jadi ini akan menggerus daya beli konsumen dan membuat konsumsi melambat. Akhirnya karena 53% pertumbuhan ekonomi didorong konsumsi rumah tangga, maka prediksi kami adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi,” ungkap Esther.

Artikel ini telah dibaca 118 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pagar Laut di Sidoarjo dengan HGB 656 Hektare, KKP Siap Tindak Lanjut

23 January 2025 - 16:06 WIB

Ketua Komisi V DPR Soroti Masalah Truk ODOL dan Harga Tiket Pesawat: Siapa Bertanggung Jawab?

23 January 2025 - 16:04 WIB

Efisiensi Anggaran: Prabowo Pangkas Rp 306,69 Triliun melalui Inpres No. 1 Tahun 2025

23 January 2025 - 16:02 WIB

Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan

14 January 2025 - 10:18 WIB

HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024

13 January 2025 - 16:15 WIB

Hasil Pertemuan Prabowo dan PM Jepang, Bantu MBG Hingga Beri Pinjaman

12 January 2025 - 15:18 WIB

Trending di Ekonomi