Suaraindo.com – Amerika Serikat secara mengejutkan memperkenalkan sebuah draf resolusi di Dewan Keamanan PBB, yang mendesak penghentian segera kekerasan di Gaza dan pencapaian kesepakatan untuk pembebasan sandera antara Israel dan Hamas. Draf yang dijadwalkan untuk pemungutan suara pada Jumat pagi (22/3) di Dewan Keamanan, yang terdiri dari 15 negara anggota, telah menarik perhatian internasional karena langkah AS yang tidak biasa ini.
Draf resolusi tersebut, menurut dokumen yang diperoleh Reuters, meminta “gencatan senjata segera dan berkelanjutan” untuk periode enam minggu, guna melindungi warga sipil dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan. Resolusi ini juga “dengan tegas mendukung upaya diplomatik internasional,” yang dipimpin oleh AS bersama dengan Mesir dan Qatar, untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Dalam sebuah pernyataan kepada Al Arabiya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyampaikan bahwa AS telah mengajukan draf tersebut ke Dewan Keamanan PBB sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Hamas, mengatakan, “Kami sebenarnya memiliki resolusi yang kami ajukan saat ini di hadapan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera terkait dengan pembebasan sandera, dan kami sangat berharap negara-negara akan mendukungnya. Saya pikir hal itu akan mengirimkan pesan yang kuat, sinyal yang kuat.”
Nate Evans, juru bicara misi AS untuk PBB, mengkonfirmasi pada hari Kamis (21/3) bahwa Dewan Keamanan akan memutuskan mengenai draf resolusi ini setelah serangkaian “berbagai putaran konsultasi” dengan anggota-anggota Dewan.
Untuk draf resolusi ini dapat disetujui, dibutuhkan minimal sembilan suara mendukung dan tidak ada veto dari lima anggota tetap Dewan Keamanan, yaitu AS, Prancis, Inggris, Rusia, atau China. Ini menandai perubahan sikap dari AS, yang sebelumnya telah memveto tiga resolusi yang menyerukan gencatan senjata selama konflik lima bulan di Gaza, dengan alasan tindakan tersebut dapat mengganggu usaha mediasi AS, Mesir, dan Qatar.
Langkah AS ini mengindikasikan perubahan strategi dalam pendekatannya di PBB, di mana AS secara historis dikenal melindungi Israel. Namun, dengan abstain pada dua kesempatan, AS memungkinkan Dewan Keamanan mengadopsi resolusi yang mendukung peningkatan bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan menyerukan jeda yang lebih panjang dalam pertempuran.
(BNI)