Suaraindo.com, Tel Aviv, Israel – Negosiasi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza menjelang Bulan Ramadhan menemui jalan buntu. Israel menolak usulan itu karena tidak ada jaminan pembebasan sandera.
Negosiasi itu diupayakan oleh Pemerintah Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, dengan Hamas, organisasi militer Palestina, menyerukan agar gencatan senjata tercapai sebelum bulan suci dimulai.
Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, menekankan dalam kutipannya kepada The New York Times, “Prioritas utama adalah melindungi rakyat kita, mengakhiri agresi dan pembantaian, mengembalikan orang-orang terlantar ke rumah mereka, dan membuka cakrawala politik untuk masalah dan rakyat kita.”
Haniyeh juga menyatakan keinginan untuk kesepakatan dengan Israel yang akan mengakhiri konflik, termasuk penarikan pasukan Israel, pemulangan warga Palestina, dan pembukaan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dia berjanji akan memulangkan tahanan Israel jika gencatan senjata disepakati, dengan syarat tahanan Palestina juga dipulangkan tanpa serangan militer tambahan.
Dari sisi Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata tidak akan tercapai dalam waktu dekat, menyoroti ketiadaan langkah nyata dari Hamas untuk membebaskan sandera.
“Tanpa pembebasan, tidak akan ada jeda dalam pertempuran,” ujarnya kepada Politico.
Netanyahu juga menuntut agar Hamas menyerahkan kekuatan militernya dan mengundurkan diri dari pemerintahan Gaza sebagai syarat untuk mengakhiri perang. Dia menegaskan tujuan utama serangan Israel adalah pemulangan semua sandera yang diambil oleh Hamas.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam wawancara dengan MSNBC, menyatakan komitmennya untuk terus mencoba memfasilitasi gencatan senjata antara Israel dan Palestina menjelang Ramadhan.