Suaraindo.com — Mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter meninggal dunia pada usia 100 tahun. Carter menghembuskan napas terakhir di rumahnya di Plains, Georgia, pada Minggu (29/12) sore waktu setempat, menurut pernyataan resmi dari *Carter Center* yang dikutip CNN pada Senin (30/12).
Jimmy Carter, yang menjabat sebagai Presiden AS ke-39, memimpin negara tersebut selama satu periode dari 1977 hingga 1981. Setelah mengakhiri masa kepresidenannya, Carter dikenal karena aktif dalam berbagai inisiatif kemanusiaan dan kerja sosial, termasuk melalui *Carter Center*, yang didirikannya pada 1982.
Pada Februari 2023, Carter memulai perawatan hospice setelah serangkaian rawat inap di rumah sakit. Pada 2 Oktober 2024, dia merayakan ulang tahunnya yang ke-100 di kampung halamannya, Plains, Georgia.
Carter dikenal dengan warisan pasca-kepresidenannya yang memunculkan sejumlah kontroversi. Ia sering mengkritik kebijakan luar negeri Amerika, termasuk kebijakan Israel terhadap Palestina. Pada 2006, Carter mengecam tindakan Israel di wilayah Palestina yang diduduki dan menyebut sistem kontrol Israel di wilayah tersebut sebagai “apartheid.” Pada 2009, ia menyatakan bahwa warga Palestina di Gaza diperlakukan lebih seperti binatang daripada manusia.
Sebagai mantan presiden, Carter juga memainkan peran penting dalam berbagai kebijakan internasional. Salah satu pencapaian besar dalam masa jabatannya adalah negosiasi perdamaian antara Mesir dan Israel, yang menghasilkan Perjanjian Camp David 1978. Carter juga memfasilitasi perjanjian pembatasan senjata nuklir dengan Uni Soviet, serta mengawasi penyerahan kendali Terusan Panama kepada Panama.
Selama masa kepresidenannya, Carter menghadapi berbagai tantangan domestik, termasuk perekonomian yang mengalami stagnasi, dengan inflasi yang tinggi dan pengangguran yang semakin memburuk. Upayanya untuk mengalihkan konsumsi energi AS ke sumber daya terbarukan menemui kegagalan di Kongres. Namun, di bidang luar negeri, Carter berhasil membangun hubungan diplomatik dengan China, serta memperkuat peran AS dalam perdamaian dunia.
Setelah meninggalkan jabatan, Carter terus berkontribusi dalam kegiatan amal dan diplomasi internasional, bahkan mendapatkan Nobel Perdamaian pada 2002 atas upayanya dalam mediasi dan mempromosikan hak asasi manusia.
Pada 2015, Carter didiagnosis mengidap kanker, namun ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan. Keluarganya menyebutkan bahwa Carter berharap dapat hidup hingga Pemilu AS pada 5 November 2024, dengan bertaruh pada calon dari Partai Demokrat Kamala Harris.
Carter meninggalkan warisan yang kompleks namun penting, sebagai presiden yang tidak hanya dikenal karena kebijakan domestik dan luar negerinya, tetapi juga untuk kontribusinya yang luas dalam membangun perdamaian dunia dan memperjuangkan hak asasi manusia.