Suaraindo.com – Pemerintah Jepang telah menyetujui anggaran terbesar dalam sejarahnya senilai 115,5 triliun yen (sekitar Rp 11.910 triliun) untuk tahun fiskal baru yang dimulai April 2025. Anggaran ini bertujuan menangani berbagai tantangan, mulai dari populasi menua hingga ketegangan geopolitik dengan negara tetangga seperti China dan Korea Utara.
Dari total anggaran, 38,3 triliun yen (Rp 3.950 triliun) dialokasikan untuk jaminan sosial, naik dari 37,7 triliun yen pada tahun sebelumnya. Sementara itu, 8,7 triliun yen (Rp 897 triliun) akan digunakan untuk pengeluaran pertahanan, mencerminkan peningkatan komitmen Jepang untuk memperkuat keamanan nasional.
Menteri Pertahanan Jepang menyatakan bahwa Jepang kini menghadapi “lingkungan keamanan terberat dan paling kompleks” sejak Perang Dunia II. Dana pertahanan akan digunakan untuk menarik rekrutan baru, meningkatkan hubungan militer dengan AS di Okinawa, serta memperkuat sistem pengawasan rudal balistik dan pergerakan kapal di wilayah yang disengketakan dengan China.
“Memperkuat kemampuan pertahanan kami adalah prioritas utama,” ujar Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Jepang, yang kini menjadi salah satu negara dengan populasi tertua di dunia, menghadapi krisis demografi serius. Proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas mencapai 29,3%, angka tertinggi sepanjang sejarah. Dengan angka kelahiran rendah dan imigrasi terbatas, pemerintah Jepang berupaya menjaga stabilitas sosial melalui anggaran kesejahteraan yang signifikan.
Sebagai bagian dari kebijakan keamanan, Jepang berkomitmen meningkatkan pengeluaran pertahanan menjadi 2% dari PDB pada 2027, sesuai standar NATO. Langkah ini menunjukkan komitmen Jepang untuk memperkuat perannya di kancah global, terutama dalam menghadapi ancaman dari China dan Korea Utara.
Anggaran ini diharapkan dapat menjawab tantangan domestik dan internasional yang dihadapi Jepang, sambil menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di tengah perubahan global. Dengan fokus pada kesejahteraan dan pertahanan, Jepang menegaskan posisinya sebagai kekuatan utama di kawasan Asia-Pasifik.