Suaraindo.com – Kementerian Luar Negeri Indonesia telah mengkonfirmasi keterlibatan dua warganya dalam kasus yang diduga sebagai pencurian data teknologi dari proyek jet KF-21, sebuah kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan. Kedua individu tersebut adalah pekerja di Korea Aerospace Industries (KAI), perusahaan yang menjadi pusat investigasi.
Lalu Muhamad Iqbal, juru bicara Kementerian, dalam sebuah pengumuman resmi, mengatakan, “Benar bahwa saat ini ada dua WNI yang diverifikasi dalam kasus tersebut,” seraya menambahkan bahwa pihak Kedutaan Besar Indonesia di Seoul telah aktif memantau dan memberikan pendampingan kepada kedua WNI sejak awal munculnya kasus.
Iqbal menghimbau agar publik tidak tergesa-gesa menilai peristiwa ini sebagai pencurian teknologi. “Belum ada hasil akhir atau kesimpulan dari verifikasi tersebut. Karena itu terlalu jauh untuk menyebut ini kasus pencurian data,” katanya, menggarisbawahi bahwa identitas kedua WNI tersebut tidak akan diungkapkan demi menjaga privasi mereka.
Pernyataan tersebut muncul tidak lama setelah polisi Korea Selatan melakukan penggerebekan di kantor pusat KAI, dimana kedua WNI bekerja, dengan KAI sendiri menyatakan bahwa mereka “secara aktif bekerja sama” dengan penyelidikan polisi, menurut laporan Reuters.
Investigasi mengungkapkan upaya kedua WNI dalam mencoba mengambil file dari proyek yang tersimpan dalam USB, dengan pihak berwenang Korea Selatan mengklarifikasi bahwa penyelidikan terfokus pada dokumen spesifik yang dicoba untuk dicuri. Mereka juga menyatakan bahwa USB tersebut mengandung dokumen umum, bukan informasi sensitif yang bisa melanggar undang-undang rahasia militer atau perlindungan industri pertahanan.
Proyek KF-21 adalah kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan, dengan Indonesia berkomitmen untuk menanggung 20 persen dari total biaya proyek sebesar 1,7 triliun won. Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia dijanjikan prototipe dan dokumen teknologi. Sampai Januari 2019, Indonesia telah membayar 227,2 miliar won, tetapi masih memiliki tunggakan sekitar satu triliun won, dikarenakan kendala anggaran.
Sejak prototipe pertama selesai pada April 2021, enam KF-21 telah berhasil terbang. Angkatan Udara Korea Selatan berencana untuk mengerahkan 120 jet tersebut pada tahun 2032.
(BNI)