Menu

Mode Gelap
Prabowo: Cadangan Pangan Indonesia Terbesar dalam Sejarah Danantara Siap Investasi Proyek Energi RI RI Bakal Susul Pendapatan Kamboja dan Vietnam Pemerintah Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,2 – 5,8 Persen pada 2026 KPK Tegaskan Tetap Bisa Usut Korupsi di BUMN Lewat Surat Edaran Baru

Internasional · 24 Dec 2024 09:13 WIB ·

Kemenangan HTS di Suriah Titik Tolak Lahirnya Kemanusiaan di Timur Tengah atau Ancaman Baru Dunia


 Kemenangan HTS di Suriah Titik Tolak Lahirnya Kemanusiaan di Timur Tengah atau Ancaman Baru Dunia Perbesar

Suaraindo.com – Sejumlah negara Barat melihat HTS, Hayat Tahrir al-Sham, mengkategorikan kelompok yang kini menjadi pemimpin Suriah sebagai teroris.

Lantas bagaimana Indonesia melihat kelompok pemberontak yang menjatuhkan rezim keluarga Al-Assad?

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengungkapkan sikap Indonesia terhadap rezim baru di Suriah tersebut.

Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono mengatakan Indonesia masih menerapkan sikap menunggu dan melihat perkembangan dinamika di negara tersebut pada forum kegiatan BNPT di Hotel Aryaduta, Jakpus, pada 23 Desember 2024.

“Bahwa perkembangan geopolitik di Suriah ini kami sudah melakukan beberapa kali rapat koordinasi dengan kementerian lembaga, dalam hal ini Kemlu. Kami terus melakukan komunikasi, bahkan kami juga komunikasi dengan duta besar Indonesia di Damaskus, terkait apa yang dilakukan.

Selama prosesnya, Eddy mengatakan dari BNPT akan terus berupaya memonitor dan melakukan pencegahan, terutama di ruang siber agar paham-paham yang tak sesuai dengan NKRI masuk ke tanah air.

“Sehingga ini diharapkan dapat mereduksi ataupun berkembangnya paham-paham radikal terorisme, apalagi tentang pahamnya ke luar negeri tadi ya. Jadi tetap, kita menunggu dan melihat dan kami berharap ini tetap dilakukan dengan cara-cara damai dan kondusif ya” sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kelompok Ahli Bidang Kerja Sama Internasional, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Damarsyah Djumala, mengatakan sikap Indonesia kepada HTS ini didasari pada 3 faktor.

Pertama adalah apakah pemerintah Suriah sekarang, dalam hal ini HTS, dapat melakukan rehabilitasi kemanusiaan dengan baik. Hal tersebut menjadi acuan untuk menilai, tindakan rehabilitasi kemanusiaan. Apakah pemenang konflik ini yaitu HTS menangani masalah kemanusiaan dengan baik

Yang kedua adalah Ini yang paling penting, yaitu konstelasi geopolitik. Konstelasi geopolitik di dalam negeri Suriah Masih sangat fluid Dalam arti who is getting what still unclear, masih belum jelas.

Faktor yang ketiga adalah apakah kelompok pemenang ini akan menjamin transisi pemerintahan yang inklusif atau tidak dari berbagai faksi yang terlibat dalam konflik tersebut.

Kendati demikian, Djumala meminta pemerintah Indonesia untuk juga waspada. Sebab, katanya, berkaca pada kemenangan Taliban di Afghanistan, bukan tak mungkin arus balik terorisme ini bisa terjadi di Indonesia.

“Karena diketahui bahwa beberapa teroris dari beberapa negara sudah kembali ke tanah airnya dan ada kecenderungan untuk balik kembali semacam ada euphoria seperti yang terjadi di Afghanistan ketika Taliban berhasil mengusir Amerika. Nah, euforia semacam ini juga terjadi di Suriah,” tutupnya.

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Danantara Siap Investasi Proyek Energi RI

21 May 2025 - 19:30 WIB

RI Bakal Susul Pendapatan Kamboja dan Vietnam

21 May 2025 - 19:23 WIB

Indonesia dan Thailand Sepakat Desak Gencatan Senjata dan Akses Kemanusiaan untuk Gaza

20 May 2025 - 15:13 WIB

Pemberangkatan Gelombang Pertama Selesai, 103 Ribu Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

19 May 2025 - 14:41 WIB

25 Ribu Pengemudi Ojol Siap Nonaktifkan Aplikasi Selama 24 Jam Besok

19 May 2025 - 14:40 WIB

Kunjungan Resmi Presiden Prabowo ke Thailand: Perkuat Kemitraan Strategis Indonesia–Thailand

18 May 2025 - 15:10 WIB

Trending di Ekonomi