Suaraindo.com – Kecaman terhadap rencana Israel menyerang Rafah tidak hanya berasal dari negara-negara Arab, tetapi Amerika Serikat pun telah mengungkapkan kekhawatirannya.
Rafah, yang berlokasi di perbatasan antara Palestina dan Mesir, telah menjadi tempat perlindungan bagi penduduk Gaza yang telah menghadapi serangan dari Israel selama setahun terakhir.
Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional AS, menyampaikan bahwa Presiden Joe Biden menganggap rencana penyerangan Israel terhadap Rafah sebagai sebuah kesalahan besar yang berpotensi memperparah situasi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Sullivan menambahkan, walaupun ada keinginan untuk menumpas Hamas, tidak berarti Israel memiliki hak untuk melakukan serangan besar-besaran ke Rafah.
“Serangan tersebut hanya akan menambah jumlah korban sipil yang tidak bersalah, memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat buruk, meningkatkan kekacauan di Gaza, dan mengisolasi Israel di kancah internasional,” ungkap Sullivan.
Sullivan juga menyebutkan bahwa Biden telah meminta Netanyahu melalui sambungan telepon agar mengirim delegasi intelijen dan militer ke Washington untuk mendiskusikan kekhawatiran mengenai rencana invasi ke Rafah.
Selama konflik, Israel telah menginstruksikan penduduk sipil Palestina di Gaza untuk mengungsi ke bagian selatan seiring serangan yang dilancarkan dari utara.
Warga Gaza yang awalnya mengungsi ke bagian tengah Gaza, termasuk ke kota Khan Younis di selatan, akhirnya bergerak ke Rafah, yang berbatasan dengan Mesir.
Populasi Rafah melonjak menjadi lebih dari 1,5 juta orang dalam lima bulan terakhir, meningkat drastis dari sekitar 300.000 orang sebelum perang.
Pemerintah Israel telah menyatakan keinginannya untuk menyerang Rafah, tempat utama masuknya bantuan kemanusiaan melalui perbatasan Mesir. PBB dan negara-negara Barat, termasuk sekutu Israel di Eropa, telah memperingatkan tentang risiko kelaparan dan menyerukan agar Israel tidak menyerang Rafah.
Sullivan menyatakan bahwa penduduk Palestina di Rafah tidak memiliki tempat lain untuk pergi, dengan banyak kota besar di Gaza telah hancur.
Dia menambahkan pentingnya menyediakan makanan, tempat tinggal untuk pengungsi, dan memastikan akses ke kebutuhan dasar seperti sanitasi.
Meskipun Biden menegaskan dukungannya terhadap keamanan Israel, ia mengkritik strategi perang Israel, menekankan perlunya rencana kemanusiaan dan politik yang terpadu.
“Kami memiliki tujuan bersama untuk mengalahkan Hamas, namun kami percaya diperlukan strategi yang berkelanjutan,” kata Sullivan, menambahkan bahwa Biden dan Netanyahu telah berkomunikasi secara reguler sejak 7 Oktober, meskipun hubungan antara kedua pemimpin dilaporkan kurang harmonis.