Suaraindo.com – Kebakaran hebat yang melanda Los Angeles, California, sejak 7 Januari 2025, terus memburuk, mengubah kawasan tersebut menjadi neraka yang membara. Kobaran api diperparah oleh angin kencang yang mencapai kecepatan hingga 113 kilometer per jam, memicu peringatan bendera merah dari Layanan Cuaca Nasional hingga Rabu mendatang. Di tengah situasi yang semakin genting, Pemadam Kebakaran Los Angeles telah mendatangkan tambahan 70 truk air untuk membantu memadamkan api yang menyebar dengan cepat.
Jumlah korban jiwa akibat kebakaran ini telah mencapai 24 orang, dengan 16 lainnya masih dinyatakan hilang. Sebagian besar korban ditemukan di zona Kebakaran Palisades dan Kebakaran Eaton. Sementara itu, sekitar 150.000 orang telah dievakuasi dari Los Angeles County dan sebagian besar ditempatkan di tempat penampungan yang tersebar di sembilan lokasi. Meski demikian, upaya evakuasi ini menghadapi tantangan tambahan akibat meningkatnya laporan penjarahan di wilayah terdampak.
Penjarahan menjadi masalah serius di tengah krisis ini. Polisi Los Angeles telah menangkap beberapa pelaku, termasuk dua orang yang menyamar sebagai petugas pemadam kebakaran untuk masuk ke rumah-rumah kosong. Michael Lorenz, kapten Departemen Kepolisian Los Angeles, mengatakan bahwa sekitar 10 orang ditahan setiap hari karena kasus penjarahan. Untuk mengatasi masalah ini, Pasukan Garda Nasional California dikerahkan untuk membantu menjaga keamanan properti di kawasan terdampak.
Kebakaran ini diperkirakan menjadi salah satu bencana alam termahal dalam sejarah Amerika Serikat, dengan kerugian ekonomi mencapai USD 135 hingga 150 miliar (sekitar Rp 2.202 hingga 2.447 triliun). Gubernur California Gavin Newsom menggambarkan bencana ini sebagai yang terburuk dalam hal skala dan biaya, serta menyatakan kekhawatirannya atas dampak jangka panjang dari kejadian ini terhadap masyarakat dan ekonomi negara bagian.
Dalam upaya memadamkan api, pemerintah California juga melibatkan tenaga kerja dari sistem penjara. Hampir 950 narapidana telah dikerahkan untuk membantu memotong jalur api dan membersihkan bahan bakar yang dapat memicu penyebaran. Namun, penggunaan tenaga narapidana ini mendapat kritik karena mereka hanya dibayar sekitar USD 10,24 atau Rp 167 ribu per hari, meskipun menghadapi risiko besar dalam pekerjaan mereka.
Di tengah semua upaya tersebut, kritik terhadap pemerintah terus berdatangan. Wali Kota Los Angeles Karen Bass dan Gubernur Gavin Newsom mendapat sorotan tajam atas kurangnya kesiapan infrastruktur untuk menghadapi bencana ini. Salah satu masalah utama adalah reservoir dengan kapasitas 117 juta galon yang tidak berfungsi, menyebabkan beberapa hidran kekurangan air saat kebakaran mencapai puncaknya. Kepala Pemadam Kebakaran Los Angeles, Kristin Crowley, menyampaikan bahwa kegagalan ini telah mempersulit petugas di lapangan.
Ketika kobaran api masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, perhatian kini tertuju pada bagaimana pemerintah daerah dan negara bagian dapat meningkatkan respons mereka di masa depan. Kebakaran Los Angeles menjadi pengingat betapa pentingnya kesiapan infrastruktur, pengelolaan sumber daya, dan koordinasi yang kuat dalam menghadapi bencana alam yang semakin sering terjadi. Di tengah tantangan ini, ribuan warga yang terkena dampak terus berharap api segera padam dan kehidupan mereka dapat kembali normal.