Menu

Mode Gelap
Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan Indonesia Darurat Filisida: KPAI Soroti Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Utama Dasco Tegas Bantah Isu Megawati Telepon Prabowo Terkait Hasto dan KPK HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024 Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Berharap Pimpinan KPK Mempertimbangkan Permohonan Praperadilan

Ekonomi · 11 Jan 2025 20:54 WIB ·

Donald Trump dan Rencana Kontroversialnya: Ambisi ‘America First’ di Balik Ancaman Militer


 Donald Trump dan Rencana Kontroversialnya: Ambisi ‘America First’ di Balik Ancaman Militer Perbesar

Suaraindo.com – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menggemparkan dunia dengan pernyataannya yang kontroversial. Dalam sebuah pernyataan, ia mengungkapkan rencana untuk mengambil alih wilayah berdaulat seperti Kanada, Greenland, dan kendali atas Terusan Panama. Meski kemudian Trump meluruskan bahwa rencana tersebut tidak akan diwujudkan, pernyataannya memicu spekulasi dan analisis mengenai tujuan sebenarnya di balik manuver ini.

Sejumlah pengamat menilai bahwa rencana Trump tidak dapat dilepaskan dari doktrin America First yang selama ini menjadi jangkar kebijakan luar negerinya. Langkah ini, menurut mereka, bertujuan untuk memperkuat posisi geopolitik dan ekonomi AS di tengah kemunculan poros kekuatan baru yang berupaya melemahkan pengaruh Washington, seperti China, Rusia, Venezuela, dan Iran.

Meski kemungkinan besar Trump tidak akan benar-benar mengambil alih wilayah-wilayah tersebut, ancamannya dapat digunakan untuk memberikan tekanan terhadap negara-negara tersebut demi kepentingan strategis AS. Contohnya adalah Greenland, yang memiliki potensi besar dalam mineral tanah jarang serta rute laut baru yang muncul akibat mencairnya es kutub. Ancaman terhadap Terusan Panama juga bisa memberikan AS keuntungan berupa diskon biaya melintasi jalur vital antara Samudra Atlantik dan Pasifik.

Di sisi lain, tekanan terhadap Kanada, yang selama ini menjadi sekutu geografis terdekat AS, dapat membuka jalan bagi kesepakatan perdagangan baru yang menguntungkan produsen AS. Trump bahkan menyebut Kanada “menumpang” pada payung pertahanan Amerika dan seharusnya menjadi bagian dari Negeri Paman Sam.

Pendekatan ini sejalan dengan doktrin kebijakan luar negeri Trump, yang mengutamakan agresivitas untuk memenangkan kepentingan nasional. Dalam pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2020, Trump dengan tegas menyatakan, “Sebagai presiden, saya telah menolak pendekatan yang gagal di masa lalu, dan saya dengan bangga mengutamakan Amerika, sebagaimana Anda seharusnya mengutamakan negara Anda.”

Manuver Trump juga mencerminkan pola pikir yang melihat sedikit perbedaan antara sekutu dan musuh. Hal ini menjelaskan ancamannya untuk mengenakan tarif tinggi kepada Denmark jika mereka tidak menyerahkan Greenland kepada AS.

Meski ancaman seperti pengiriman pasukan untuk merebut Greenland atau Terusan Panama bertentangan dengan janji kampanye Trump untuk menghindari keterlibatan asing baru, ide ini dianggap sebagai bagian dari strategi ideologi America First. Hal Brands, seorang profesor urusan global di Johns Hopkins University, berpendapat bahwa pendekatan ini menunjukkan pergeseran dari globalisme ke kontinentalisme, di mana AS lebih fokus pada penguatan pengaruh regional daripada global.

Strategi Trump yang keras mungkin tidak akan diwujudkan secara langsung, tetapi tekanan yang ia berikan merupakan bagian dari upayanya untuk mengukuhkan posisi AS sebagai negara adidaya yang mendominasi. Dalam konteks ini, ancaman terhadap wilayah berdaulat seperti Kanada, Greenland, dan Terusan Panama tidak hanya menjadi alat diplomasi, tetapi juga simbol dari ambisi besar Trump untuk memperkuat pengaruh Amerika di panggung dunia.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan

14 January 2025 - 10:18 WIB

Dasco Tegas Bantah Isu Megawati Telepon Prabowo Terkait Hasto dan KPK

14 January 2025 - 10:14 WIB

HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024

13 January 2025 - 16:15 WIB

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Berharap Pimpinan KPK Mempertimbangkan Permohonan Praperadilan

13 January 2025 - 16:13 WIB

Pertemuan Pertama Pemprov Jakarta dengan Tim Transisi Pramono-Rano Dijadwalkan Hari Ini

13 January 2025 - 16:12 WIB

Struktur Baru Kementerian Komunikasi dan Digital: Raline Shah dan Fifi Aleyda Yahya Masuk Jajaran Pejabat

13 January 2025 - 14:50 WIB

Trending di Nasional