Suaraindo.com – Bank Indonesia (BI) memperingatkan tantangan berat yang harus dihadapi pasar keuangan Indonesia setelah terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Kebijakan pro-AS diperkirakan akan mendorong penguatan dolar AS, memberikan tekanan lebih besar pada nilai tukar rupiah.
Menurut Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter BI, Firman Mochtar, meningkatnya inflasi global, tingginya kebutuhan pembiayaan pemerintah AS, serta kenaikan yield US Treasury menjadi faktor utama penguatan dolar. Indeks Dolar AS (DXY) saat ini mencapai 106,20 dengan penguatan 0,44%. Sementara itu, rupiah ditutup melemah 0,35% ke Rp 15.895/US$.
Firman menegaskan, BI akan menjaga stabilitas rupiah melalui berbagai strategi, termasuk intervensi di pasar valuta asing, DNDF, dan Surat Berharga Negara (SBN). Suku bunga acuan tetap di level 6% untuk menarik modal masuk dan menjaga stabilitas pasar.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memperkirakan tekanan terhadap rupiah akan lebih terasa dalam enam bulan pertama masa jabatan Trump. Tahun depan, rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp 15.600-16.000/US$. BI dan pemerintah diharapkan memperkuat cadangan devisa dan memperluas ekspor untuk mendukung stabilitas ekonomi di tengah tantangan global.