Menu

Mode Gelap
Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal I 2025 Masih Terjaga, Pemerintah Waspadai Risiko Global Tarif Listrik April–Juni 2025 Tidak Naik, Berlaku untuk 13 Golongan Non Subsidi Rupiah Menguat, BI Lanjutkan Intervensi Stabilkan Pasar Pemerintahan Trump Umumkan Perombakan Besar di Kementerian Luar Negeri AS Serangan Bersenjata di Kashmir Tewaskan 26 Orang, Turis Diduga Jadi Sasaran

Ekonomi · 22 Dec 2024 10:50 WIB ·

Pemerintah Pastikan Ekonomi Stabil Meski Tarif PPN Naik Jadi 12 Persen


 Pemerintah Pastikan Ekonomi Stabil Meski Tarif PPN Naik Jadi 12 Persen Perbesar

Suaraindo.com – Pemerintah memastikan perekonomian tetap terkendali meskipun tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025. Langkah ini diiringi berbagai upaya untuk menjaga inflasi tetap rendah dan pertumbuhan ekonomi sesuai target.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyatakan bahwa inflasi akan dipertahankan di kisaran 1,5–3,5 persen sesuai proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

“Inflasi saat ini rendah di 1,6 persen. Dampak kenaikan PPN ke 12 persen adalah 0,2 persen,” jelasnya dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (22/12).

Ia juga optimistis pertumbuhan ekonomi tetap solid. Untuk tahun 2024, pertumbuhan diproyeksikan di atas 5 persen, sementara target APBN 2025 adalah 5,2 persen. Optimisme ini didukung oleh berbagai stimulus ekonomi yang disiapkan pemerintah.

“Tambahan paket stimulus bantuan pangan; diskon listrik; buruh pabrik tekstil, pakaian, alas kaki, dan furnitur tidak bayar pajak penghasilan (PPh) setahun; pembebasan PPN rumah; dan lain-lain akan menjadi bantalan bagi masyarakat,” ujar Febrio.

Namun, analisis dari Center of Economics and Law Studies (Celios) memperkirakan kenaikan tarif PPN bisa mendorong inflasi hingga 4,11 persen pada 2025. Sebagai perbandingan, inflasi per November 2024 tercatat di angka 1,55 persen secara tahunan (year-on-year).

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memandang dampak kenaikan PPN terhadap inflasi tidak signifikan. Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman, memperkirakan kenaikan inflasi akibat PPN hanya sebesar 0,2 persen.

Sementara itu, Yusuf Rendy Manilet dari Center of Reform on Economics (CORE) menilai paket stimulus pemerintah cukup inklusif dalam memitigasi dampak kenaikan PPN. Namun, ia mengingatkan perlunya evaluasi terhadap durasi dan cakupan insentif yang diberikan.

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, menyoroti pentingnya diskon tarif listrik. Ia menilai kebijakan ini akan membantu meringankan beban biaya hidup, khususnya bagi keluarga berpenghasilan rendah yang bergantung pada listrik bersubsidi. Abra juga mendesak pemerintah memastikan implementasi diskon listrik tepat sasaran dan berdampak jangka panjang pada pola konsumsi masyarakat.

Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dinamika ekonomi dan memastikan kebijakan yang diterapkan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat luas.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Stabilitas Sistem Keuangan Kuartal I 2025 Masih Terjaga, Pemerintah Waspadai Risiko Global

24 April 2025 - 12:36 WIB

Tarif Listrik April–Juni 2025 Tidak Naik, Berlaku untuk 13 Golongan Non Subsidi

24 April 2025 - 12:34 WIB

Rupiah Menguat, BI Lanjutkan Intervensi Stabilkan Pasar

24 April 2025 - 12:30 WIB

Ribuan CPNS 2024 Mengundurkan Diri, Penempatan Jauh Jadi Alasan Utama

23 April 2025 - 12:33 WIB

China Kirim Peringatan Keras Terkait Negosiasi Tarif Trump: Jangan Korbankan Kepentingan Beijing

22 April 2025 - 10:20 WIB

Amerika Serikat Soroti Larangan Ekspor Mineral Indonesia: Dinilai Tak Sejalan dengan Aturan WTO

22 April 2025 - 10:18 WIB

Trending di Ekonomi