Menu

Mode Gelap
Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan Indonesia Darurat Filisida: KPAI Soroti Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Utama Dasco Tegas Bantah Isu Megawati Telepon Prabowo Terkait Hasto dan KPK HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024 Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Berharap Pimpinan KPK Mempertimbangkan Permohonan Praperadilan

Ekonomi · 22 Dec 2024 10:50 WIB ·

Pemerintah Pastikan Ekonomi Stabil Meski Tarif PPN Naik Jadi 12 Persen


 Pemerintah Pastikan Ekonomi Stabil Meski Tarif PPN Naik Jadi 12 Persen Perbesar

Suaraindo.com – Pemerintah memastikan perekonomian tetap terkendali meskipun tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025. Langkah ini diiringi berbagai upaya untuk menjaga inflasi tetap rendah dan pertumbuhan ekonomi sesuai target.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyatakan bahwa inflasi akan dipertahankan di kisaran 1,5–3,5 persen sesuai proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

“Inflasi saat ini rendah di 1,6 persen. Dampak kenaikan PPN ke 12 persen adalah 0,2 persen,” jelasnya dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (22/12).

Ia juga optimistis pertumbuhan ekonomi tetap solid. Untuk tahun 2024, pertumbuhan diproyeksikan di atas 5 persen, sementara target APBN 2025 adalah 5,2 persen. Optimisme ini didukung oleh berbagai stimulus ekonomi yang disiapkan pemerintah.

“Tambahan paket stimulus bantuan pangan; diskon listrik; buruh pabrik tekstil, pakaian, alas kaki, dan furnitur tidak bayar pajak penghasilan (PPh) setahun; pembebasan PPN rumah; dan lain-lain akan menjadi bantalan bagi masyarakat,” ujar Febrio.

Namun, analisis dari Center of Economics and Law Studies (Celios) memperkirakan kenaikan tarif PPN bisa mendorong inflasi hingga 4,11 persen pada 2025. Sebagai perbandingan, inflasi per November 2024 tercatat di angka 1,55 persen secara tahunan (year-on-year).

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memandang dampak kenaikan PPN terhadap inflasi tidak signifikan. Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman, memperkirakan kenaikan inflasi akibat PPN hanya sebesar 0,2 persen.

Sementara itu, Yusuf Rendy Manilet dari Center of Reform on Economics (CORE) menilai paket stimulus pemerintah cukup inklusif dalam memitigasi dampak kenaikan PPN. Namun, ia mengingatkan perlunya evaluasi terhadap durasi dan cakupan insentif yang diberikan.

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, menyoroti pentingnya diskon tarif listrik. Ia menilai kebijakan ini akan membantu meringankan beban biaya hidup, khususnya bagi keluarga berpenghasilan rendah yang bergantung pada listrik bersubsidi. Abra juga mendesak pemerintah memastikan implementasi diskon listrik tepat sasaran dan berdampak jangka panjang pada pola konsumsi masyarakat.

Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dinamika ekonomi dan memastikan kebijakan yang diterapkan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat luas.

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan

14 January 2025 - 10:18 WIB

Indonesia Darurat Filisida: KPAI Soroti Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Utama

14 January 2025 - 10:17 WIB

Dasco Tegas Bantah Isu Megawati Telepon Prabowo Terkait Hasto dan KPK

14 January 2025 - 10:14 WIB

HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024

13 January 2025 - 16:15 WIB

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Berharap Pimpinan KPK Mempertimbangkan Permohonan Praperadilan

13 January 2025 - 16:13 WIB

Pertemuan Pertama Pemprov Jakarta dengan Tim Transisi Pramono-Rano Dijadwalkan Hari Ini

13 January 2025 - 16:12 WIB

Trending di Nasional