Suaraindo.com – Serangan besar-besaran Rusia pada Hari Natal, Rabu (25/12/2024), kembali mengincar infrastruktur energi Ukraina. Insiden ini merupakan bagian dari rangkaian serangan terhadap jaringan listrik Ukraina selama musim dingin, yang berdampak besar bagi warga sipil di tengah suhu yang sangat dingin.
Rusia melancarkan serangan ke-13 terhadap infrastruktur energi Ukraina tahun ini dengan menggunakan lebih dari 170 rudal dan drone.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengutuk tindakan tersebut sebagai tindakan yang sangat tidak manusiawi.
“Putin sengaja memilih Natal untuk menyerang. Apa yang lebih tidak manusiawi dari ini?” ujar dia pada Rabu (25/12/2024) dilansir dari BBC.
Sebanyak lebih dari 70 rudal balistik dan 100 drone diluncurkan, dengan sebagian besar berhasil ditembak jatuh oleh angkatan udara Ukraina. Namun, beberapa serangan tetap berhasil mengenai target, menyebabkan pemadaman listrik di Kyiv dan Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
Menteri Energi Ukraina, Herman Halushchenko, menyebut serangan ini sebagai upaya “teror” terhadap jaringan energi negara tersebut. Kerusakan yang ditimbulkan pada pembangkit listrik termal di Dnipropetrovsk menyebabkan seorang pekerja tewas, sementara enam lainnya terluka di Kharkiv.
Akibat serangan ini, Ukraina memberlakukan pemadaman listrik darurat di beberapa wilayah. Menurut Ukrenergo, operator jaringan listrik negara, langkah ini diambil untuk meminimalkan dampak terhadap sistem energi nasional. Zelenskyy menyatakan upaya pemulihan sedang dilakukan secepat mungkin.
Di Kharkiv, sekitar 500 ribu penduduk kehilangan akses air, listrik, dan pemanas akibat serangan tersebut. Gubernur wilayah Kharkiv, Oleh Syniehubov, menyebut situasi ini sebagai ujian berat bagi warganya di tengah suhu yang mendekati nol derajat Celsius.
“Kami terus bekerja keras untuk memulihkan layanan dasar secepatnya,” ujarnya.
Rusia mengklaim bahwa serangan tersebut berhasil mencapai tujuan utamanya, yaitu merusak infrastruktur yang mendukung kompleks militer-industrial Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan serangan ini menargetkan fasilitas-fasilitas kritis, seperti yang dilaporkan CBS News.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan brutal tanpa henti dari perang yang dilancarkan Putin. Ia juga menyampaikan penghargaan atas ketangguhan rakyat Ukraina di bawah kepemimpinan Zelenskyy.
Selain itu, serangan ini menimbulkan kekhawatiran di negara-negara tetangga. Moldova melaporkan adanya rudal Rusia di wilayah udaranya dan segera meluncurkan investigasi. Sebaliknya, Rumania menyangkal adanya pelanggaran ruang udara mereka.
Ukraina pun terus menyerukan dukungan lebih dari sekutu internasional untuk menghadapi serangan udara dan memperkuat kemampuan pertahanannya.
“Menolak cahaya dan kehangatan bagi jutaan orang yang mencintai damai saat mereka merayakan Natal adalah tindakan keji dan harus direspons,” ujar Maxim Timchenko, CEO DTEK.
Meski serangan ini meluas, warga Ukraina tetap berusaha merayakan Natal. Seorang penduduk Kyiv, Oleksandra, menyatakan bahwa perayaan tidak dibatalkan.
“Natal tetap kami rayakan. Setelah aman, saya akan menikmati makanan tradisional bersama keluarga,” ujarnya.
Ini adalah tahun kedua Ukraina merayakan Natal pada Rabu (25/12/2024), menggantikan tradisi sebelumnya yang jatuh pada 7 Januari 2024 berdasarkan kalender Julian. Perubahan ini dilakukan sebagai simbol perlawanan budaya terhadap Rusia.
“Kejahatan Rusia tidak akan mematahkan Ukraina atau menghancurkan Natal,” ujar Zelenskyy, dikutip dari Le Monde.