Menu

Mode Gelap
Pemerintah Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,2 – 5,8 Persen pada 2026 KPK Tegaskan Tetap Bisa Usut Korupsi di BUMN Lewat Surat Edaran Baru Indonesia dan Thailand Sepakat Desak Gencatan Senjata dan Akses Kemanusiaan untuk Gaza Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 4,87%, Mendagri: Lebih Baik dari AS dan Jepang Pemberangkatan Gelombang Pertama Selesai, 103 Ribu Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

Ekonomi · 23 Dec 2024 12:49 WIB ·

Harga Minyak Mentah Dunia Naik Tipis, Didukung Penurunan Inflasi AS


 Harga Minyak Mentah Dunia Naik Tipis, Didukung Penurunan Inflasi AS Perbesar

Suaraindo.com – Harga minyak mentah dunia mencatatkan kenaikan tipis pada perdagangan Senin (23/12), didukung data inflasi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan perlambatan. Kondisi ini memicu harapan pelonggaran kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) tahun depan, yang diproyeksikan mendorong pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

Minyak mentah berjangka Brent naik 26 sen atau 0,4 persen menjadi US$73,20 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 31 sen atau 0,5 persen ke level US$69,77 per barel.

Analis pasar IG, Tony Sycamore, menjelaskan bahwa turunnya inflasi AS telah meredakan kekhawatiran pasar terhadap sikap kebijakan agresif The Fed. “Data inflasi memberikan pijakan kuat bagi pasar aset berisiko, termasuk minyak,” ujarnya, dikutip dari Reuters.

Penurunan indeks dolar AS juga berkontribusi pada kenaikan harga minyak. Pada Jumat (20/12), dolar AS melemah 0,73% ke level 107,62. Kondisi ini membuat minyak lebih terjangkau bagi pembeli dengan mata uang selain dolar.

Selain itu, pasar juga memperhitungkan potensi peningkatan permintaan minyak China dalam jangka pendek, meski proyeksi jangka panjang dari Sinopec, perusahaan penyulingan minyak terbesar China, menyebutkan konsumsi minyak di negara itu akan mencapai puncaknya pada 2027.

Meski harga naik, beberapa tantangan tetap membayangi. OPEC+ baru-baru ini menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 selama lima bulan berturut-turut. Proyeksi surplus pasokan minyak global sebesar 1,2 juta barel per hari pada 2025 juga menjadi perhatian pasar.

Selain itu, diskusi terkait pembatasan harga minyak Rusia oleh negara-negara G7 dapat memengaruhi suplai di pasar global. Langkah ini dilakukan untuk memperketat sanksi terhadap Rusia setelah invasi ke Ukraina.

Penguatan harga minyak mentah dunia ini mencerminkan optimisme pasar atas data ekonomi AS dan pelemahan dolar. Namun, perkembangan kebijakan moneter The Fed, geopolitik, dan kebijakan OPEC+ akan tetap menjadi faktor penentu dinamika pasar minyak dunia ke depan.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pemerintah Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,2 – 5,8 Persen pada 2026

20 May 2025 - 16:20 WIB

KPK Tegaskan Tetap Bisa Usut Korupsi di BUMN Lewat Surat Edaran Baru

20 May 2025 - 15:15 WIB

Indonesia dan Thailand Sepakat Desak Gencatan Senjata dan Akses Kemanusiaan untuk Gaza

20 May 2025 - 15:13 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 4,87%, Mendagri: Lebih Baik dari AS dan Jepang

19 May 2025 - 14:43 WIB

Pemberangkatan Gelombang Pertama Selesai, 103 Ribu Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

19 May 2025 - 14:41 WIB

25 Ribu Pengemudi Ojol Siap Nonaktifkan Aplikasi Selama 24 Jam Besok

19 May 2025 - 14:40 WIB

Trending di Ekonomi