Suaraindo.com – Hungaria menolak mencabut hak vetonya terkait penggunaan dana sekitar 6 miliar euro atau sekitar Rp102 triliun yang dialokasikan untuk persenjataan bagi Ukraina di bawah Fasilitas Perdamaian Eropa (EPF). Keputusan ini menimbulkan frustrasi bagi Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell.
“Saya tidak dapat menerima adanya 6 miliar euro di rekening saya saat ini,” kata Borrell kepada media, ketika ditanya tentang dana EPF setelah pertemuan informal para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Kamis (28/8/2024), seperti dikutip oleh Russia Today. “Uang ini harus diberikan kepada negara-negara anggota,” tambahnya.
Skema EPF diluncurkan oleh UE pada tahun 2021 dan mendapat perhatian setelah Brussels memutuskan untuk menggunakannya guna mendukung upaya perang Ukraina melawan Rusia. Namun, Hungaria, yang secara konsisten menentang kebijakan UE terkait krisis Ukraina, telah memblokir bantuan militer ke Kiev selama lebih dari setahun. Akibatnya, negara-negara anggota UE tidak dapat memperoleh penggantian atas pengiriman senjata yang telah mereka lakukan.
Hungaria menolak pengiriman senjata ke Ukraina dengan alasan bahwa langkah tersebut tidak efektif dalam mengubah arah konflik dan malah menghambat upaya perundingan damai. Budapest juga menolak memberikan bantuan militer baik secara langsung maupun melalui anggaran gabungan UE.
Sementara dana EPF tetap terhenti karena keberatan dari Hungaria, Borrell menyebut bahwa Uni Eropa telah mentransfer sekitar 1,4 miliar euro uang Rusia ke Ukraina, yang diperoleh dari aset negara Rusia yang dibekukan oleh UE sebagai balasan atas konflik Ukraina. Transfer tersebut, menurut Borrell, bertujuan untuk “mendukung industri [senjata] Ukraina di dalam negeri.” Namun, Moskow mengecam langkah Uni Eropa ini sebagai bentuk pencurian.
Menteri Luar Negeri Hungaria, Peter Szijjarto, menggambarkan pernyataan Borrell sebagai “kegilaan” yang “harus diakhiri.” Rusia, di sisi lain, melihat konflik Ukraina sebagai perang proksi yang dipimpin oleh AS terhadap Rusia, dengan tentara Ukraina bertindak sebagai ‘umpan meriam’. Pejabat Rusia juga menuduh bahwa Uni Eropa telah dimanipulasi oleh Washington untuk mendukung tujuan geopolitiknya, meskipun merugikan kepentingan warga negara anggotanya.