Suaraindo.com – Hubungan antara negara-negara Barat dan China memanas terkait dugaan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Kritik terhadap Beijing muncul dalam pertemuan di PBB, di mana Australia bersama 14 negara lainnya, termasuk AS, Kanada, dan Inggris, mendesak China untuk mematuhi rekomendasi PBB dan membebaskan orang-orang yang ditahan secara sewenang-wenang di Xinjiang dan Tibet.
“Kami mendesak China untuk menegakkan kewajiban hak asasi manusia internasional yang telah diambilnya secara sukarela,” ujar Duta Besar Australia untuk PBB, James Larsen, seraya meminta klarifikasi mengenai nasib keluarga yang hilang.
Menanggapi kritik tersebut, Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, menuduh negara-negara Barat menyebarkan “kebohongan” untuk memicu konfrontasi. Ia menyatakan bahwa perhatian utama saat ini seharusnya tertuju pada situasi di Gaza, bukan di Xinjiang.
“Situasi hak asasi manusia yang seharusnya menjadi perhatian utama komite tahun ini tidak diragukan lagi adalah situasi di Gaza,” kata Fu, mengkritik sikap negara-negara Barat yang dianggap mengabaikan penderitaan di sana.
Fu menambahkan bahwa peristiwa di Gaza, di mana lebih dari 42.000 orang dilaporkan tewas dalam konflik terbaru, seharusnya membuka mata negara-negara Barat. Ia menilai perlindungan HAM yang disuarakan terhadap Muslim oleh negara-negara Barat hanya kebohongan.
Kritik terhadap China terkait dugaan pelanggaran HAM di Xinjiang telah lama menjadi isu panas di forum internasional, dan Beijing secara konsisten menolak tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai upaya untuk mencoreng citra negara itu.