Suaraindo.com – Mantan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, memberikan pernyataan pertamanya dari Moskow setelah rezimnya jatuh ke tangan kelompok pemberontak. Assad menuding kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan pemberontak lainnya sebagai “teroris” setelah ibu kota Damaskus dikuasai pada awal Desember 2024.
“Kepergian saya dari Suriah tidak direncanakan dan tidak terjadi selama jam-jam terakhir pertempuran,” jelas Assad dalam pernyataannya melalui Telegram. Ia menyebut evakuasinya ke Rusia terjadi atas permintaan Moskow demi keselamatannya.
Sementara itu, Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin HTS yang kini menggunakan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa, menyampaikan visi kelompoknya untuk masa depan Suriah. “Suriah harus tetap bersatu, dan harus ada kontrak sosial antara negara dan semua agama untuk menjamin keadilan sosial,” katanya. Jolani menekankan pentingnya mencabut sanksi internasional agar pengungsi dapat kembali ke Suriah.
HTS, yang sebelumnya berafiliasi dengan Al-Qaeda, menyatakan telah memutus hubungan dengan jaringan itu sejak 2016 dan memfokuskan diri pada pemerintahan Suriah yang baru.
Konflik Suriah telah berlangsung sejak 2011 dengan angka korban yang mengerikan. Menurut data Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR), lebih dari 230.000 warga sipil tewas, sebagian besar akibat serangan dari rezim Assad. Namun, laporan dari The New York Times menyebut angka korban jauh lebih tinggi, mencapai 620.000 jiwa.
Saat ini, HTS dan kelompok pemberontak lainnya tengah membentuk struktur pemerintahan baru, dengan perhatian dunia tertuju pada masa depan Suriah yang masih penuh ketidakpastian.