Menu

Mode Gelap
Kebakaran Los Angeles Memburuk, Elon Musk dan Donald Trump Tuai Kritik Akibat Sebar Misinformasi Donald Trump dan Rencana Kontroversialnya: Ambisi ‘America First’ di Balik Ancaman Militer Indonesia dan Jepang Jalin Kesepakatan Strategis: Fokus pada Gizi, Energi, dan Keamanan Kratom: Daun ‘Surga’ dari Indonesia yang Laris Manis di Pasar Amerika Patwal Diduga Arogan Saat Kawal Mobil RI 36, Sekretaris Kabinet Beri Teguran

Internasional · 11 Jan 2025 16:45 WIB ·

Kebakaran Hutan Los Angeles Picu Masalah Kesehatan dan Kualitas Udara Buruk


 Kebakaran Hutan Los Angeles Picu Masalah Kesehatan dan Kualitas Udara Buruk Perbesar

Suaraindo.com – Kebakaran hutan yang melanda Los Angeles memicu peringatan kualitas udara yang berdampak serius pada kesehatan masyarakat. Kabut asap tebal menyelimuti kota, memaksa warga untuk beraktivitas di dalam ruangan. Seorang juru masak di restoran Teddy’s Cocina, Dulce Perez, mengaku kesulitan bernapas akibat kabut asap yang membahayakan.

“Kami hanya mencoba untuk tetap berada di dalam ruangan,” ujarnya, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (11/1/2025). Restoran tetap beroperasi, namun para pengungsi kebakaran hutan yang datang untuk makan siang terlihat berlindung dari udara yang berbahaya.

Para pejabat Los Angeles telah mengeluarkan peringatan kualitas udara, meliburkan sekolah, dan memperingatkan warga tentang bahaya asap kebakaran yang bisa memicu masalah kesehatan serius. Asap kebakaran ini mengandung abu, jelaga, dan gas berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.

Menurut Sunny Lee, manajer program tanggap darurat CORE, kelompok rentan seperti tunawisma sangat terdampak. “Mereka tidak memiliki tempat berlindung dari kualitas udara yang buruk, sehingga kami membagikan masker N95 sebanyak mungkin,” ujarnya.

Kebakaran yang terjadi sejak Selasa telah melahap lebih dari 13.760 hektare atau sekitar 53 mil persegi. Para ilmuwan mencatat bahwa konsentrasi materi partikulat halus di Los Angeles sempat mencapai tingkat mengkhawatirkan, yakni 40 hingga 100 mikrogram per meter kubik, jauh di atas rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya 5 mikrogram per meter kubik.

Carlos Gould, ilmuwan kesehatan lingkungan dari University of California San Diego, menyebut bahwa peningkatan konsentrasi materi partikulat ini bisa meningkatkan angka kematian hingga 15% setiap hari.

Dr. Afif El-Hasan dari Asosiasi Paru-Paru Amerika menambahkan bahwa produk sampingan kimiawi dari bahan buatan manusia yang terbakar dapat menembus lebih dalam ke paru-paru dan masuk ke aliran darah, meningkatkan risiko serangan jantung dan penyakit pernapasan lainnya.

Alat pembersih udara terjual habis di berbagai toko, sementara warga mencoba menutup celah jendela dengan selotip untuk mencegah asap masuk. Meski kualitas udara membaik pada Jumat, peringatan tetap berlaku karena materi partikulat berbahaya masih berada di tingkat yang mengancam kesehatan.

Para pejabat setempat terus mengimbau masyarakat untuk tetap berada di dalam rumah dan menggunakan masker pelindung. Upaya kolaboratif antara pemerintah dan organisasi kemanusiaan menjadi sangat penting untuk memitigasi dampak buruk dari bencana ini.

Kebakaran hutan Los Angeles menjadi pengingat betapa krusialnya langkah-langkah preventif dalam menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin intens.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Kebakaran Los Angeles Memburuk, Elon Musk dan Donald Trump Tuai Kritik Akibat Sebar Misinformasi

11 January 2025 - 20:55 WIB

Donald Trump dan Rencana Kontroversialnya: Ambisi ‘America First’ di Balik Ancaman Militer

11 January 2025 - 20:54 WIB

Indonesia dan Jepang Jalin Kesepakatan Strategis: Fokus pada Gizi, Energi, dan Keamanan

11 January 2025 - 20:51 WIB

Kratom: Daun ‘Surga’ dari Indonesia yang Laris Manis di Pasar Amerika

11 January 2025 - 20:49 WIB

RI dan Jepang Perkuat Kerja Sama di Berbagai Bidang, Program Makanan Bergizi Gratis Mendapat Dukungan

11 January 2025 - 16:43 WIB

Rupiah Menguat ke Rp16.190 per Dolar AS, Mata Uang Asia Bergerak Bervariasi

10 January 2025 - 16:44 WIB

Trending di Ekonomi