Suaraindo.com – Pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik setelah pandemi Covid-19 tampaknya tidak merata, dengan beberapa negara masih mengalami kesulitan, termasuk Pakistan, Sri Lanka, Maladewa, dan Laos. Asisten Menteri Keuangan Amerika Serikat, Alexia Latortue, menyoroti hal ini selama Pertemuan Tahunan ke-57 Asian Development Bank (ADB) di Tbilisi, Georgia.
“Reformasi diperlukan bagi negara-negara tersebut,” ungkap Latortue. Ia menjelaskan bahwa meskipun banyak bagian dari Asia Pasifik menunjukkan pertumbuhan yang kuat, ada beberapa negara yang terpengaruh oleh masalah internal dan eksternal.
Menurut Latortue, wilayah tersebut sedang menghadapi beberapa krisis bersamaan termasuk perubahan iklim, konflik, kerawanan pangan, dan peningkatan beban utang yang signifikan. Risiko lainnya meliputi kondisi keuangan global yang ketat, perlambatan permintaan dalam negeri di China, dan tingginya tingkat utang.
Latortue menekankan bahwa ADB memiliki peran penting dalam membantu negara-negara yang berada dalam krisis untuk pulih serta mendukung negara-negara dengan pertumbuhan positif agar terus mempertahankan momentum mereka. “ADB terus menjadi sumber yang penting bagi negara-negara ini dalam mempertahankan pertumbuhan dan mengelola risiko,” katanya.
Latortue menyatakan ada empat area utama yang perlu diperhatikan oleh ADB, yaitu menyediakan pendanaan berkualitas tinggi untuk pembangunan yang mencakup pendanaan iklim, mobilisasi dana tambahan melalui pengaturan sumber daya lokal dan investasi sektor swasta, serta mengumpulkan peran dari berbagai pemangku kepentingan dan berfungsi sebagai standar regional.
“Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Tantangan mendesak seperti perubahan iklim, konflik, dan pandemi masih mengancam kemajuan yang telah kita capai, dan kami membutuhkan komitmen berkelanjutan untuk melaksanakan reformasi,” tutupnya.