Menu

Mode Gelap
Hari Desa Nasional: Momentum Membangun Swasembada Pangan dan Kemandirian Desa Integrasi Data Sosial-Ekonomi: Langkah Menuju Transparansi dan Efisiensi Penyaluran Bansos Krisis Politik Memuncak, Yoon Suk Yeol Ditahan Setelah Drama Penangkapan Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan Indonesia Darurat Filisida: KPAI Soroti Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Utama

Internasional · 1 May 2024 17:08 WIB ·

Prabowo Menantang Standard Ganda Barat


 Prabowo Menantang Standard Ganda Barat Perbesar

Suaraindo.com – Menteri Pertahanan Indonesia dan Presiden Terpilih untuk periode 2024-2029, Prabowo Subianto, baru-baru ini menulis sebuah kolom di situs berita Inggris, The Economist. Dalam artikel yang berjudul “Indonesia’s president-elect accuses the West of double standards,” Prabowo mengeksplorasi pandangannya terhadap situasi di Gaza, Palestina, serta mengkritik Barat atas standar ganda yang diterapkan terhadap konflik di Ukraina dan Palestina.

Prabowo mengungkapkan, “Pada tanggal 9 April, menjelang hari raya Idul Fitri, TNI AU melakukan penerjunan bantuan kemanusiaan di Gaza. Dalam praktiknya, bantuan ini hanyalah setetes air dari lautan kengerian dan kekurangan yang dialami Gaza akhir-akhir ini. Namun, tindakan ini membawa nilai simbolis yang besar bagi masyarakat Indonesia dan bagi saya sebagai presiden terpilih: ini adalah pesan kesedihan dan penderitaan bersama, solidaritas dan dukungan, kepada saudara-saudari kita di Gaza,” Senin (29/4/2024).

Dia menambahkan, “Selama enam bulan terakhir kita menyaksikan dengan ngeri ketika Gaza dan rakyatnya menjadi sasaran hukuman kolektif yang kejam, yang melanggar hukum dan norma internasional. Kami berharap dan berdoa setidaknya selama bulan suci Ramadhan penderitaan Gaza bisa berhenti, namun ternyata tidak.”

Mengenai serangan Hamas pada 7 Oktober, Prabowo berkata, “Ia menambahkan dirinya sebenarnya turut berduka ke warga Israel, atas apa yang terjadi. Tapi, ia mengatakan peristiwa itu, tak bisa membenarkan apa yang terjadi di Gaza sekarang ini.”

Dia juga menyatakan, “Bagaimana saya bisa? Bagaimana seseorang bisa membenarkan pembunuhan terhadap puluhan ribu warga sipil tak berdosa, yang mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak? Bagaimana seseorang bisa membenarkan tingkat kehancuran, kelaparan, dan kekurangan yang menimpa masyarakat tak berdosa di Gaza, dalam sebuah kampanye yang diyakini oleh miliaran orang di seluruh dunia telah melanggar hukum dan konvensi internasional yang melindungi warga sipil di masa konflik?”

Lebih lanjut, ia menjelaskan, “Saya mengatakan ini sebagai seorang Muslim. Saya bangga menjadi presiden terpilih di negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Masyarakat Gaza adalah saudara seiman kita. Namun, saya mengatakan ini pertama-tama dan terutama sebagai manusia. Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasakan penderitaan di Gaza dan Anda tidak harus menjadi seorang Muslim untuk merasa marah atas apa yang terjadi di sana.”

Prabowo juga menyinggung reaksi Barat terhadap konflik lain, “Namun kemarahan jelas tidak dirasakan oleh semua orang. Ketika Rusia menginvasi Ukraina, negara-negara Barat memimpin kampanye kecaman global. Mereka menyerukan dunia untuk mengecam Rusia atas nama hak asasi manusia dan hukum internasional. Namun saat ini, negara-negara tersebut masih membiarkan terjadinya konflik berdarah lagi, kali ini di Gaza,” katanya, mempertanyakan, “Mengapa kehancuran Kota Gaza tidak separah kehancuran Mariupol? Mengapa serangan di Bucha lebih buruk dibandingkan serangan di rumah sakit al-Shifa? Mengapa pembunuhan terhadap warga sipil Palestina kurang layak untuk dikecam dibandingkan dengan pembunuhan terhadap warga sipil Ukraina?”

Prabowo mengakhiri dengan mengajak negara-negara untuk bersatu mengakhiri perang dan menghindari siklus kekerasan. “Kita harus bersatu untuk segera mengakhiri perang ini. Tapi kita tidak boleh berhenti di situ,” ujarnya, menambahkan, “Jika kita tidak ingin siklus kekerasan dan penderitaan terulang kembali secara dramatis, seperti yang terjadi selama delapan dekade terakhir, kita harus bekerja sama untuk menyelesaikan konflik dengan mendirikan negara Palestina merdeka berdampingan dengan negara yang sudah ada, Israel,” katanya lagi, menekankan pentingnya pendirian sebuah negara Palestina sebagai langkah menuju perdamaian yang berkelanjutan.

Prabowo menggarisbawahi bahwa nilai-nilai perdamaian dan keharmonisan adalah bagian dari prinsip yang dijunjung tinggi oleh Indonesia, baik dalam konteks nasional maupun internasional, “Nilai-nilai ini ada dalam DNA negara dan masyarakat kita. Bagi kami, hal ini sama relevannya ketika mereka yang menderita adalah orang Eropa dan ketika korbannya adalah orang Asia atau Afrika. Dan hal-hal tersebut tetap relevan, baik mereka yang terkena dampak adalah orang Kristen, Muslim, atau Yahudi,” jelasnya.

Melalui kolomnya di The Economist, Prabowo menantang pemikiran global dan menyerukan tindakan kolektif untuk menangani konflik dengan lebih adil dan berimbang, terutama dalam menanggapi krisis di Gaza dibandingkan dengan konflik lain di dunia.

Artikel ini telah dibaca 25 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Krisis Politik Memuncak, Yoon Suk Yeol Ditahan Setelah Drama Penangkapan

15 January 2025 - 11:43 WIB

Kebakaran Los Angeles: Korban, Kerugian Ekonomi, dan Kritik terhadap Pemerintah

13 January 2025 - 14:49 WIB

Hasil Pertemuan Prabowo dan PM Jepang, Bantu MBG Hingga Beri Pinjaman

12 January 2025 - 15:18 WIB

Kebakaran Los Angeles Memburuk, Elon Musk dan Donald Trump Tuai Kritik Akibat Sebar Misinformasi

11 January 2025 - 20:55 WIB

Donald Trump dan Rencana Kontroversialnya: Ambisi ‘America First’ di Balik Ancaman Militer

11 January 2025 - 20:54 WIB

Indonesia dan Jepang Jalin Kesepakatan Strategis: Fokus pada Gizi, Energi, dan Keamanan

11 January 2025 - 20:51 WIB

Trending di Ekonomi