Menu

Mode Gelap
Ekonom: Indonesia Masih Belum Siap Untuk PPN 12% Sepak Terjang Hasto Kristiyanto, Salah Seorang Tersangka Kasus Suap KPU Serangan Rusia ke Ukraina, “Sebuah Tindakan Tidak Manusiawi” Ribuan Pegawai Sritex Berencana Akan Demo di Jakarta Buntut Putusan MA Menolak Kasasi PT Sritex Ada Waktu Spesial Untuk Nikmati Hasil Rebusan Daun Salam, Rasakan Manfaatnya

Ekonomi · 20 Jun 2024 15:27 WIB ·

Pelemahan Rupiah Masih Berlanjut, Pelaku Usaha Mulai Resah


 Pelemahan Rupiah Masih Berlanjut, Pelaku Usaha Mulai Resah Perbesar

Suaraindo.com – Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, potensi pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih terbuka hari ini karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap The Fed yang tidak lekas memangkas suku bunga.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah di atas level 16.400 pada perdagangan di pasar spot, Kamis (20/6/2024). Melansir data Bloomberg, pukul 10.50 WIB rupiah berada pada level Rp 16.420 per dollar AS, melemah 0,34 persen dibanding penutupan sebelumnya pada Rp 16.364 per dollar AS.

Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi mengatakan, para pelaku usaha, khususnya yang melakukan aktivitas impor merasa sangat terbebani dengan kondisi ini.

Atas kondisi ini, para pelaku usaha menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Pertama, menunda transaksi yang menggunakan mata uang dolar AS. Apabila mata uang negara pengeksport tidak naik, biasanya pihaknya akan menggunakan pola Local Currency Settlemen (LCS), yaitu membayar dengan menggunakan mata uang lokal seperti yuan atau renminbi. Hal ini berarti mengurangi volume import dan berdampak pada berkurangnya produksi.

Kedua, pelaku usaha akan menaikkan harga jual produk. Namun hal ini beresiko memperburuk kondisi apabila daya beli masyarakat sedang turun. Kemudian yang ketiga, mengurangi ukuran maupun takaran.

Adanya penguatan nilai dolar juga dirasakan oleh eksportir. Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, para pelaku usaha mulai merasakan dampaknya terhadap operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan sebagian besar komponen termasuk impor alat berat.

Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ekonom: Indonesia Masih Belum Siap Untuk PPN 12%

26 December 2024 - 09:21 WIB

Ribuan Pegawai Sritex Berencana Akan Demo di Jakarta Buntut Putusan MA Menolak Kasasi PT Sritex

25 December 2024 - 08:07 WIB

Buruh Sritex Siap Kepung Istana dan MA, Direksi Berusaha Bendung Aksi

24 December 2024 - 16:09 WIB

Sektor Energi Terbarukan Indonesia Catatkan Capaian Luar Biasa di 2024

23 December 2024 - 14:08 WIB

Harga Minyak Mentah Dunia Naik Tipis, Didukung Penurunan Inflasi AS

23 December 2024 - 12:49 WIB

Pemerintah Pastikan Ekonomi Stabil Meski Tarif PPN Naik Jadi 12 Persen

22 December 2024 - 10:50 WIB

Trending di Ekonomi