Suaraindo.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengungkapkan potensi besar Indonesia dalam menghasilkan selenium, bahan baku penting untuk pembuatan chip semikonduktor. Pernyataan ini muncul seiring beroperasinya proyek smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Erick menyebut bahwa smelter milik PTFI, yang dikenal sebagai pabrik single line terbesar di dunia, memiliki kapasitas pemurnian hingga 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Namun, menurut Erick, perhatian utama seharusnya tidak hanya pada ukuran smelter tersebut, tetapi juga pada produk turunannya yang bernilai strategis, termasuk selenium.
“Tapi kadang-kadang kita bangganya kok smelter terbesar di dunia itu aja terus highlight-nya itu. Tapi bukan turunan detailnya. Sedangkan di Freeport itu yang menarik menggelitik ya, itu sebenarnya ada bahan baku untuk selenium, untuk yang namanya chip, microchip,” ujar Erick dalam acara MINDialogue Hilirisasi dan Industrialisasi Strategi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045, Senin (13/1/2025).
Selain smelter baru ini, PT Smelting—smelter pertama yang sudah beroperasi—juga berkontribusi dalam memurnikan konsentrat tembaga. Dengan kedua smelter tersebut, total kapasitas pemurnian mencapai 3 juta ton konsentrat per tahun, menghasilkan sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 220 ton perak setiap tahun.
Smelter PTFI di JIIPE merupakan salah satu proyek strategis nasional dengan investasi mencapai USD 3,7 miliar atau sekitar Rp 58 triliun. Proyek ini tidak hanya berdampak pada industri pertambangan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 2.000 tenaga kerja. Erick menegaskan bahwa tenaga kerja lokal dari Gresik akan diprioritaskan.
Smelter ini diharapkan memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya hilirisasi dan industrialisasi Indonesia. Selain meningkatkan nilai tambah produk tambang, keberadaan smelter ini membuka peluang strategis untuk memasok bahan baku penting bagi industri semikonduktor global.
Dengan fokus pada pengembangan produk turunan seperti selenium, Erick optimis bahwa Indonesia dapat memainkan peran penting dalam rantai pasok global semikonduktor, sebuah langkah penting menuju visi Indonesia Emas 2045.Erick Thohir Ungkap Indonesia Berpotensi Hasilkan Selenium untuk Chip Semikonduktor
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengungkapkan potensi besar Indonesia dalam menghasilkan selenium, bahan baku penting untuk pembuatan chip semikonduktor. Pernyataan ini muncul seiring beroperasinya proyek smelter milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Erick menyebut bahwa smelter milik PTFI, yang dikenal sebagai pabrik single line terbesar di dunia, memiliki kapasitas pemurnian hingga 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Namun, menurut Erick, perhatian utama seharusnya tidak hanya pada ukuran smelter tersebut, tetapi juga pada produk turunannya yang bernilai strategis, termasuk selenium.
“Tapi kadang-kadang kita bangganya kok smelter terbesar di dunia itu aja terus highlight-nya itu. Tapi bukan turunan detailnya. Sedangkan di Freeport itu yang menarik menggelitik ya, itu sebenarnya ada bahan baku untuk selenium, untuk yang namanya chip, microchip,” ujar Erick dalam acara MINDialogue Hilirisasi dan Industrialisasi Strategi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045, Senin (13/1/2025).
Selain smelter baru ini, PT Smelting—smelter pertama yang sudah beroperasi—juga berkontribusi dalam memurnikan konsentrat tembaga. Dengan kedua smelter tersebut, total kapasitas pemurnian mencapai 3 juta ton konsentrat per tahun, menghasilkan sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 220 ton perak setiap tahun.
Smelter PTFI di JIIPE merupakan salah satu proyek strategis nasional dengan investasi mencapai USD 3,7 miliar atau sekitar Rp 58 triliun. Proyek ini tidak hanya berdampak pada industri pertambangan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 2.000 tenaga kerja. Erick menegaskan bahwa tenaga kerja lokal dari Gresik akan diprioritaskan.
Smelter ini diharapkan memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya hilirisasi dan industrialisasi Indonesia. Selain meningkatkan nilai tambah produk tambang, keberadaan smelter ini membuka peluang strategis untuk memasok bahan baku penting bagi industri semikonduktor global.
Dengan fokus pada pengembangan produk turunan seperti selenium, Erick optimis bahwa Indonesia dapat memainkan peran penting dalam rantai pasok global semikonduktor, sebuah langkah penting menuju visi Indonesia Emas 2045.