Suaraindo.com – Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan bahwa rencana pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam bentuk diplomasi nasi goreng kini sudah hampir selesai. Pernyataan tersebut merujuk pada sikap politik kedua pihak, baik PDI Perjuangan maupun Partai Gerindra. Bahkan, Sekretaris Jenderal Gerindra, Ahmad Muzani, menyatakan harapannya agar pertemuan tersebut bisa terlaksana pada Januari 2025.
Namun, Burhanuddin mengungkapkan bahwa ada pihak yang tampak sedikit menunggu. “Pernyataan Sekjen Gerindra itu menunjukkan bahwa kemungkinan besar pertemuan antara Ibu Mega dan Pak Prabowo akan segera berlangsung. Tapi, sebelum semuanya pasti, masih ada kemungkinan perubahan,” ungkap Burhanuddin saat diwawancara oleh Kompas TV pada Kamis (16/1/2025).
Sinyal bahwa pertemuan tersebut semakin mendekat terlihat dari langkah Megawati yang beberapa kali mengucapkan terima kasih atas pencabutan TAP MPRS 33 Tahun 1967 mengenai pembubaran kekuasaan Presiden Soekarno, yang menuduhnya terlibat dalam G30S/PKI. “Meskipun pencabutan TAP MPRS itu terjadi di masa pemerintahan Pak Jokowi, dalam politik, pernyataan tersebut terkait dengan Pak Prabowo, yang menunjukkan adanya niat dari Ibu Mega untuk lebih proaktif,” jelas Burhanuddin.
Burhanuddin juga menambahkan bahwa elit PDI Perjuangan kini menyebut Prabowo Subianto dan timnya sebagai mitra strategis. Ini membuka peluang besar bagi terwujudnya pertemuan kedua tokoh tersebut. Bahkan, sebelumnya, Burhanuddin mencatat bahwa pertemuan antara keduanya sempat direncanakan sebelum pelantikan Prabowo pada 20 Oktober 2024. Saat itu, Prabowo dianggap lebih proaktif untuk bertemu Megawati, sebuah langkah yang dianggap penting untuk meningkatkan legitimasi kemenangan Prabowo, meskipun pertemuan tersebut tidak terjadi.
Kini, dengan Prabowo yang telah dilantik sebagai Presiden, Burhanuddin melihat pihak PDI Perjuangan yang justru lebih aktif dalam menginisiasi pertemuan tersebut, sementara Prabowo terlihat sedikit lebih berhati-hati. “Prabowo kini memiliki posisi politik yang lebih kuat. Selain itu, meskipun tanpa dukungan PDI Perjuangan, kekuatan politik Prabowo di parlemen sudah sangat dominan,” ungkapnya.
Burhanuddin juga berpendapat bahwa pertemuan tersebut berpotensi membahas lebih banyak tentang langkah politik ke depan, meskipun dalam konteks “Silaturahmi Kebangsaan”. “Jika sudah ada kesepakatan, saya rasa pertemuan itu akan diwarnai dengan banyak canda tawa dan nasi goreng,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, tidak membantah bahwa Presiden Prabowo memang menyukai nasi goreng yang dibuat oleh Megawati. Menurut Muzani, Prabowo sering menyebutkan bahwa nasi goreng buatan Megawati—baik itu nasi goreng ikan asin, ayam, maupun kambing—sangat enak. Muzani juga mengungkapkan bahwa hubungan pribadi antara Prabowo dan Megawati sudah terjalin lama, bahkan sebelum Prabowo menjadi Presiden. Meskipun keduanya belum pernah bertemu, komunikasi tetap terjalin dengan baik.
Muzani juga mengungkapkan bahwa PDI Perjuangan meskipun tidak masuk dalam koalisi Indonesia Maju, tetap memberikan dukungan kepada pemerintah Prabowo. Ia berharap pertemuan antara Megawati dan Prabowo bisa segera terlaksana dalam waktu dekat. “Mudah-mudahan bisa dilaksanakan bulan ini,” ujar Muzani.