Suaraindo.com – Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, potensi pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih terbuka hari ini karena pelaku pasar masih terpengaruh dengan sikap The Fed yang tidak lekas memangkas suku bunga.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah di atas level 16.400 pada perdagangan di pasar spot, Kamis (20/6/2024). Melansir data Bloomberg, pukul 10.50 WIB rupiah berada pada level Rp 16.420 per dollar AS, melemah 0,34 persen dibanding penutupan sebelumnya pada Rp 16.364 per dollar AS.
Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi mengatakan, para pelaku usaha, khususnya yang melakukan aktivitas impor merasa sangat terbebani dengan kondisi ini.
Atas kondisi ini, para pelaku usaha menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Pertama, menunda transaksi yang menggunakan mata uang dolar AS. Apabila mata uang negara pengeksport tidak naik, biasanya pihaknya akan menggunakan pola Local Currency Settlemen (LCS), yaitu membayar dengan menggunakan mata uang lokal seperti yuan atau renminbi. Hal ini berarti mengurangi volume import dan berdampak pada berkurangnya produksi.
Kedua, pelaku usaha akan menaikkan harga jual produk. Namun hal ini beresiko memperburuk kondisi apabila daya beli masyarakat sedang turun. Kemudian yang ketiga, mengurangi ukuran maupun takaran.
Adanya penguatan nilai dolar juga dirasakan oleh eksportir. Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, para pelaku usaha mulai merasakan dampaknya terhadap operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan sebagian besar komponen termasuk impor alat berat.