Suaraindo.com – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), Irfan Setiaputra, mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN menargetkan penggabungan Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air ke dalam holding BUMN PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) harus tuntas sebelum Oktober tahun ini. Pembahasan merger ini masih berlangsung, terutama terkait dengan struktur kepemilikan dan persentase saham di masa depan.
“[Merger] bentuknya seperti apa ini masih dalam diskusi. Tetapi memang dengan pendekatan inklusi industri penerbangan ke dalam InJourney itu, pada dasarnya menyatakan secara implisit bahwa nanti Garuda, Citilink, dan Pelita will be owned by InJourney. Bagaimana caranya owning itu atau kepemilikannya modelnya caranya seperti apa berapa persen, apakah ada transaksi dan segala macem itu yang sedang lagi dibicarakan,” jelas Irfan di Konferensi Pers RUPST Garuda Indonesia di Tangerang, Rabu (22/5/2024).
Irfan menambahkan, proses merger ini melibatkan banyak aspek yang harus ditinjau, mulai dari legalitas, valuasi, hingga kondisi keuangan Garuda yang saat ini masih negatif. Selain itu, isu jumlah pesawat dan harga tiket di Indonesia juga menjadi perhatian.
Pelita Air, sebagai bagian dari PT Pertamina (Persero), memiliki kegiatan usaha yang tidak terbatas pada penerbangan berjadwal, sehingga diskusi mengenai penggabungan ini membutuhkan persetujuan dari Pertamina. “Jadi banyak sekali yang didiskusikan mohon dipahami, Pelita ini dimiliki langsung oleh Pertamina dan bisnis Pelita bukan hanya penerbangan berjadwal, macam-macam. Jadi ini juga perlu dijadikan bahan diskusi, karena inisiatif yang dilakukan mesti ada persetujuan Pertamina,” terang Irfan.
Dengan nada bercanda, Irfan menggambarkan proses merger ini sebagai “on the way” atau OTW. “Kalau anda tanya OTW sudah di mana pak? Tol. Apakah sudah masuk tol atau keluar tol, pokoknya tol. Apakah tolnya panjangnya 10 km atau 180 km, pokoknya tol. Saya kan tidak pernah bohong,” ujarnya.