Menu

Mode Gelap
Bappenas Dorong Kolaborasi dan UMKM dalam Percepatan Capaian SDGs UU Pemilu Digugat, Presiden Diminta Tak Boleh Kampanye Pilpres Mantan Presiden AS Jimmy Carter Meninggal Dunia di Usia 100 Tahun Manmohan Singh Dimakamkan dengan Penghormatan Negara: Dunia Berkabung atas Kepergian Negarawan Besar Keberatan Publik terhadap Proyek PIK 2, DPRD Banten Siap Bentuk Panitia Khusus

Nasional · 20 Apr 2024 21:58 WIB ·

Sri Mulyani Ungkap Alasan Nilai Tukar Rupiah Melemah


 Sri Mulyani Ungkap Alasan Nilai Tukar Rupiah Melemah Perbesar

Suaraindo.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini memberikan tanggapan terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang telah mencapai Rp 16.250 per dolar. Dalam pembicaraan yang berlangsung di Spring Meetings IMF-World Bank 2024, pada hari Jumat (19/4/2024), Sri Mulyani menyoroti dampak situasi global terhadap ekonomi Indonesia.

Menurutnya, meskipun penerimaan dari ekspor meningkat karena nilai tukar dolar yang menguat, impor akan menjadi lebih mahal, yang berpotensi menaikkan tingkat inflasi di Indonesia. “Pemerintah terus mengantisipasi dan waspada terhadap perkembangan ini. Saya yakin Indonesia akan tetap resilien dalam situasi ini,” ujarnya dalam postingan Instagramnya, @smindrawati.

Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi, baik dari sisi moneter maupun fiskal, dengan kerjasama erat antara pemerintah dan Bank Indonesia. “Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel,” lanjutnya.

Menteri Keuangan ini juga menyampaikan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat, di atas 5% untuk tahun ini, berdasarkan ketahanan ekonomi yang telah teruji selama pandemi. “Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target, didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus,” pungkasnya.

Pelemahan rupiah yang mencatat penurunan sebesar 0,49% di hari Jumat dan total 2,08% secara mingguan, merupakan pelemahan terburuk sejak Juli 2020, saat pandemi Covid-19 berlangsung, menurut data dari Refinitiv.

Artikel ini telah dibaca 53 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Bappenas Dorong Kolaborasi dan UMKM dalam Percepatan Capaian SDGs

30 December 2024 - 13:23 WIB

UU Pemilu Digugat, Presiden Diminta Tak Boleh Kampanye Pilpres

30 December 2024 - 13:21 WIB

PDIP Diminta Segera Rilis Video Dugaan Korupsi Petinggi Negara

29 December 2024 - 15:19 WIB

Tuduhan Cawe-Cawe Jokowi dalam Kasus Hasto Dinilai Tak Berdasar

29 December 2024 - 15:18 WIB

Keberatan Publik terhadap Proyek PIK 2, DPRD Banten Siap Bentuk Panitia Khusus

28 December 2024 - 16:52 WIB

Hasto Tersangka: KPK di Tengah Tuduhan Politisasi dan Kriminalisasi

28 December 2024 - 16:42 WIB

Trending di Hukum