Suaraindo.com – Konflik politik yang terjadi antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) disebut-sebut memengaruhi dinamika politik Presiden Prabowo Subianto dalam menjalankan pemerintahannya.
Menurut CEO Politics Marketing Consulting (PolMark) Indonesia, Eep Saefulloh Fatah, Presiden Prabowo Subianto akan lebih memilih mendekat ke Megawati dibandingkan Jokowi untuk menyusun strategi politik masa depan.
“Untuk kebutuhan menata masa depan, kebutuhan Prabowo mendekat ke Megawati jauh lebih tegas kepentingannya dibandingkan dengan mendekat ke Jokowi,” jelas Eep dalam podcast di kanal YouTube @KeepTalking, Rabu (1/1/2025).
Eep menilai, meskipun kedekatan Prabowo dengan Jokowi selama ini terlihat nyata, keputusan politik Prabowo tidak hanya didasarkan pada rasa terima kasih atas hubungan masa lalu. Sebaliknya, ia diyakini lebih fokus pada kebutuhan strategis untuk masa depan. “Prabowo bukan hanya membutuhkan kedekatan dengan Jokowi untuk berterima kasih atas masa lalu, tetapi lebih penting untuk menata masa depan,” tambahnya.
Eep juga menyoroti semakin kompleksnya konflik politik yang melibatkan para elite politik nasional. Kedekatan Prabowo dengan Megawati dianggap lebih memberikan manfaat strategis bagi pemerintahan dan stabilitas politiknya. “Inilah yang saya bilang, struktur konflik semakin rumit,” tandasnya.
Ketegangan antara Megawati dan Jokowi kian meruncing setelah Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada akhir Desember lalu. Situasi ini diyakini akan memengaruhi peta politik di tingkat nasional dan bagaimana Presiden Prabowo menyikapi dinamika tersebut.
Keputusan politik yang diambil Prabowo dalam memilih aliansi ke depan akan menjadi kunci bagi stabilitas pemerintahannya serta hubungan antara PDIP dan koalisi pendukung pemerintah.