Suaraindo.com – Rencana presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk presidential club dianggap sebagai langkah yang baik. Ada upaya untuk menyatukan dan mendamaikan para presiden terdahulu yang saling berseteru.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin berpandangan, Prabowo ingin menjadi jembatan penghubung bagi para pendahulunya yang tidak akur.
“Prabowo ingin menjadi bridging atau jembatan untuk menyatukan mantan mantan presiden yang sampai saat ini belum akur. Masih belum harmonis, masih berkonflik,” ujar Ujang . Ujang mencontohkan hubungan antara Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Hubungan keduanya terbilang tidak harmonis sejak Pemilu 2004. Kemudian juga antara Megawati dengan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Hubungan keduanya merenggang dan tampak saling berseberangan pada Pemilu 2024.
“Dari 2004 SBY dengan Megawati hingga Pilpres 2024, sudah lima kali pemilu itu masih belum akur, masih belum akrab. Ditambah lagi pada Pilpres 2024 hubungan Jokowi dengan Megawati juga tidak akrab,” kata Ujang.
Lewat wadah presidential club itu, Prabowo ingin membuat para presiden sebelumnya tidak lagi berkonflik. Dia juga ingin para pendahulunya bersama-sama berkontribusi dan memberi masukan untuk pemerintahannya.
“Prabowo tentu ingin mendapatkan masukan-masukan berbasis pada pengalaman-pengalaman mantan-mantan presiden itu. Dari mulai Megawati, SBY dan jokowi kan punya pengalaman dalam pemerintahannya masing-masing,” pungkas Ujang.
Untuk diketahui, Prabowo disebut ingin mendudukkan para mantan presiden dalam satu meja dalam presidential club. Hal itu disampaikan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Jokowi pun menyambut positif keinginan Prabowo itu. Ia juga menyarankan agar pertemuan antarmantan presiden bisa dilakukan dua hari sekali.