Suaraindo.com – Pembahasan soal potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah ada sejak sebelum gempa dan tsunami Aceh pada 2004.
BMKG menegaskan pembahasan potensi gempa megathrust sekarang ini bukanlah peringatan dini yang seakan-akan segera terjadi gempa besar dalam waktu dekat.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan bahwa BMKG hanya mengingatkan kembali keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut disebut “tinggal menunggu waktu” dikarenakan kedua wilayah itu sudah ratusan tahun belum mengalami gempa besar. Namun, hal ini bukan berarti akan segera terjadi gempa dalam waktu dekat.
Daryono mengatakan, kedua gempa tersebut dikatakan “tinggal menunggu waktu” karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah semuanya merilis gempa. Sementara, gempa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga kini belum terjadi.
“Sekali lagi, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat,” uangkap Daryono.
Dia juga menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan beraktivitas sebagaimana biasanya, tanpa perlu vemas secara berlebihan hingga panic buying.
Pada dasarnya hingga sampai saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa dari segi, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya.