Suaraindo.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa terjadi penurunan jumlah penduduk kelas menengah dalam beberapa tahun terakhir yakni dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 48,27 juta orang pada 2023 dan 47,85 juta orang pada 2024.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa penyebab utama Masyarakat keluar dari kategori kelas menengah dan turun ke kategori yang lebih rendah adalah efek dari Pandemi Covid-19.
Penurunan jumlah penduduk kelas atas dari 1,26 juta pada 2023 menjadi 1,07 juta pada 2024 mengindikasikan bahwa kelas menengah cenderung mengalami penurunan status daripada peningkatan. Amalia menjelaskan bahwa jumlah individu dalam kategori kelas menengah yang beralih menjadi “aspiring middle class” atau kelas menengah yang bercita-cita naik menjadi 137,50 juta pada 2024, meningkat dari 136,92 juta pada 2023.
“Berbagai langkah yang dilakukan dapat segera mengakhiri efek panjang covid-19 sehingga kelas menengah bisa naik kembali,” jelas Plt Kepala BPS tersebut.
Namun, Amalia mengingatkan bahwa banyak anggota kelas menengah saat ini berada di batas bawah kategori mereka, dengan pengeluaran rata-rata sekitar Rp 2,04 juta per orang per bulan.
“Jika terjadi gangguan, mereka berisiko kembali masuk ke dalam kelompok aspiring middle class,” ujar Amalia.
Perubahan dalam pola pengeluaran kelas menengah juga menjadi sorotan. Dalam 10 tahun terakhir, terjadi pergeseran prioritas pengeluaran kelas menengah. Sebelumnya sekitar 45,53 persen pengeluaran kelas menengah ditujukan untuk makanan dan minuman, tetapi sekarang angkanya turun menjadi 41,67 persen.
“Secara umum, prioritas pengeluaran kelas menengah saat ini adalah makanan, perumahan, dan barang jasa lainnya,” ungkap Amalia.