Suaraindo.com – Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis waralaba internasional yang sebelumnya dominan di pasar Indonesia mulai mengalami penurunan. Merek-merek besar seperti KFC, Pizza Hut, Starbucks, dan McDonald’s kini menghadapi beragam tantangan, termasuk boikot konsumen dan persaingan sengit dari merek-merek lokal. Sebaliknya, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia justru menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa, memperkuat perekonomian berbasis kemandirian nasional.
Tren serupa juga terlihat pada McDonald’s dan Starbucks. Menurut laporan Kumparan (2024), penjualan Starbucks mengalami penurunan 4% pada kuartal pertama 2024, sementara McDonald’s hanya mencatatkan kenaikan penjualan global sebesar 1,9%, lebih rendah dari yang diperkirakan. Hal ini menggambarkan semakin sulitnya keberlangsungan bisnis waralaba internasional di tengah perubahan dinamika pasar.
Kebangkitan UMKM: Data yang Menunjukkan Tren Positif
Di sisi lain, UMKM Indonesia mengalami lonjakan pertumbuhan. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 61,07% atau sekitar Rp8.573 triliun pada tahun 2023. Jumlah UMKM pun terus meningkat, mencapai 64,2 juta unit usaha pada tahun yang sama. Fakta ini membuktikan bahwa sektor UMKM menjadi pilar penting perekonomian nasional.
Franchise lokal seperti Hisana Fried Chicken, Sabana Fried Chicken, Rocket Chicken, dan D’Kriuk Fried Chicken semakin diminati karena menawarkan alternatif produk ayam goreng dengan harga yang lebih terjangkau. Sabana Fried Chicken, misalnya, sudah memiliki lebih dari 2.500 gerai di seluruh Indonesia dan menawarkan model kemitraan dengan investasi yang lebih rendah dibandingkan merek internasional seperti KFC atau McDonald’s (Entrepreneur Bisnis, 2024).
Sektor minuman juga menunjukkan perkembangan signifikan. Franchise lokal seperti Es Teh Indonesia dan Kopi Kenangan berhasil mencuri perhatian pasar. Kopi Kenangan, yang sudah bernilai lebih dari USD 1 miliar, bahkan masuk dalam daftar “Unicorn” di Asia Tenggara (Bloomberg, 2023). Sementara itu, Es Teh Indonesia juga sukses memperluas jangkauan dengan ribuan gerai di berbagai kota.
Faktor-Faktor yang Mendorong Pergeseran Pasar
Ada beberapa alasan yang menjelaskan pergeseran dari franchise global menuju UMKM dan franchise lokal:
1. Aksi Boikot dan Kesadaran Konsumen: Boikot terhadap merek global yang terhubung dengan Israel semakin meningkat, seiring dengan semakin tingginya kesadaran konsumen terhadap isu geopolitik. Konsumen pun kini lebih cenderung mendukung produk-produk lokal.
2. Harga yang Lebih Terjangkau: UMKM dan franchise lokal mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih bersahabat dibandingkan dengan merek global. Misalnya, satu porsi ayam di franchise lokal dapat dibeli dengan harga di bawah Rp20.000, sementara di KFC atau McDonald’s harga bisa mencapai Rp40.000 hingga Rp50.000.
3. Inovasi dan Adaptasi Produk: UMKM memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam menciptakan produk yang sesuai dengan selera konsumen lokal. Sementara itu, merek global terikat oleh standar internasional yang terkadang tidak selaras dengan keinginan pasar Indonesia.
4. Dukungan Pemerintah dan Regulasi: Pemerintah Indonesia semakin giat mendukung UMKM lewat kebijakan yang memudahkan akses permodalan serta program digitalisasi UMKM. Pada 2023, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM mencapai Rp365,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (Kementerian Koperasi dan UKM, 2024).
5. Dampak terhadap Ekonomi Nasional
Bangkitnya UMKM dan penurunan daya saing franchise global memiliki dampak positif bagi perekonomian Indonesia:
• Memperkuat Ketahanan Ekonomi Lokal: Dengan semakin banyaknya bisnis lokal yang berkembang, ketergantungan terhadap investasi asing berkurang, sehingga meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
• Menciptakan Lapangan Kerja Baru: UMKM menyerap lebih dari 97% tenaga kerja di Indonesia. Pertumbuhan sektor UMKM membuka peluang kerja lebih luas bagi masyarakat.
• Meningkatkan Kedaulatan Ekonomi: Keberhasilan merek-merek lokal membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan merek global yang dapat bersaing di pasar internasional.
• Menuju Kemandirian Ekonomi
Pergeseran ini menunjukkan bahwa UMKM dan franchise lokal kini berada di jalur yang benar untuk menggantikan dominasi waralaba global di Indonesia. Dengan dukungan dari masyarakat, kebijakan pemerintah yang mendukung, serta inovasi yang terus berkembang, masa depan bisnis lokal semakin cerah. Kini saatnya Indonesia membangun merek-merek kebanggaan nasional yang dapat bersaing di panggung internasional.
Sebagai konsumen, kita memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan UMKM. Dengan memilih produk lokal, kita tidak hanya mendapatkan kualitas yang setara dengan merek global, tetapi juga turut berperan dalam memperkuat ekonomi bangsa. Ini adalah momentum emas untuk memperkokoh kemandirian ekonomi Indonesia dan membuktikan kepada dunia bahwa produk dalam negeri dapat menjadi juara di negeri sendiri.