Suaraindo.com – Sepanjang tahun 2024, negara-negara ASEAN mengalami dinamika ekonomi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh International Monetary Fund (IMF) memperkirakan Indonesia akan tumbuh sebesar 5%, menjadikannya salah satu negara dengan pertumbuhan yang stabil di ASEAN. Meski berada di peringkat keempat setelah Filipina, Vietnam, dan Myanmar, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan yang solid, terutama di tengah tantangan global seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang berdampak pada ekonomi kawasan.
Di sisi lain, Vietnam dan Myanmar menunjukkan pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Vietnam, yang rata-rata mencapai 11,3% per tahun, didorong oleh peningkatan sektor manufaktur dan perdagangan, terutama dengan negara-negara seperti Amerika Serikat. Myanmar, meskipun menghadapi krisis politik dan sosial, berhasil memanfaatkan sektor manufaktur dan infrastruktur untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonominya yang diproyeksikan mencapai 7,1% pada tahun 2024.
Namun, Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam meningkatkan PDB per kapita. Meski berada di posisi kelima di antara negara-negara ASEAN, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara seperti Vietnam dalam hal pertumbuhan PDB per kapita, yang tumbuh lebih cepat. Jika Indonesia tidak memperbaiki efisiensi ekonominya dan menyelesaikan masalah ketimpangan distribusi kekayaan, negara ini terancam terperosok dalam perangkap negara berpendapatan menengah (middle income trap), seperti yang diperingatkan oleh Bank Dunia.
Selain itu, perlambatan ekonomi global, terutama di China, menambah tantangan bagi kawasan Asia Timur dan Pasifik. Pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan menurun ke 4,3% pada tahun 2025, yang dapat mempengaruhi negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia. Namun, peluang bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya untuk memanfaatkan pergeseran rantai nilai global tetap ada, dengan ASEAN dipandang sebagai alternatif bisnis selain China.
Negara-negara ASEAN kini perlu memodernisasi perekonomian mereka untuk menghadapi perubahan teknologi dan perdagangan global. Menurut Bank Dunia, adopsi teknologi seperti kecerdasan buatan dan robot industri dapat menciptakan peluang bagi pekerja yang memiliki keterampilan, namun juga dapat menggeser pekerjaan bagi mereka yang keterampilannya terbatas. Di tengah perubahan ini, reformasi kebijakan dan investasi dalam keterampilan menjadi kunci untuk menjaga daya saing dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ASEAN.