Suaraindo.com – Pada perdagangan Jumat (30/8/2024) nilai rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) 0,26% di angka Rp 15.455/US$. Berdasarkan Bloomberg, nilai rupiah mengalami penurunan 0,20% atau 31,5 poin ke posisi Rp15.455 per dolar AS sedangkan dolar menguat 0,01% ke posisi 101,348. Meskipun mengalami depresiasi, rupiah masih berada di level tertinggi sejak 1 Januari 2024.
Indeks dolar setelah rilisnya data pertumbuhan ekonomi AS yang di atas ekspektasi pasar dan fokus pasar menanti data inflasi inflasi utama untuk mendapat petunjuk tentang besaran pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve bulan depan.
Fokus minggu ini adalah pada data produk domestik bruto AS dan data indeks harga PCE – pengukur inflasi pilihan Fed – untuk isyarat ekonomi lainnya,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi lewat keterangan tertulis, Jumat (30/8/2024).
Data pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal II/2024 yang diumumkan AS menunjukkan kenaikan signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada periode ini, pertumbuhan PDB AS tercatat sebesar 3% dari kuartal ke kuartal (QoQ), melampaui angka 1,4% QoQ dari kuartal sebelumnya. Kenaikan ini melebihi ekspektasi pasar dan terjadi di tengah berbagai isu krisis yang berkembang. Bahkan angka ini jauh dari perkiraan konsensus Trading Economics yang berada di angka 2,8%. Berdasarkan estimasi kedua yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan, perekonomian AS mengalami pertumbuhan sebesar 3% dibandingkan tahun lalu (YoY).