Suaraindo.com – Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu memastikan dampak dari kebijakan tarif impor sebesar 32 persen yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia bersifat sangat minim.
“Dampaknya pada APBN sebenarnya sangat kecil,” ujar Anggito dalam Kagama Leaders Forum di Jakarta, Rabu (14/5).
Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia telah mengantisipasi kebijakan tersebut sejak dini. Surat resmi kepada otoritas AS telah dikirim sejak 9 April 2025. Indonesia pun menjadi salah satu negara pertama yang diterima untuk membuka ruang negosiasi tarif dengan Washington.
“Langkah ini sudah cukup meredam ketegangan, mengurangi ketidakpastian global, dan membuka peluang bagi Indonesia untuk mencapai kesepakatan lebih cepat dibanding negara lain,” kata Anggito.
Terkait negosiasi tersebut, Anggito mengungkapkan Indonesia telah menawarkan tujuh proposal kepada AS yang mencakup isu tarif hingga reformasi kebijakan perdagangan. Meski tidak menjabarkan secara rinci, ia memastikan pemerintah mengedepankan diplomasi ekonomi yang konstruktif.
Pemerintah, lanjutnya, juga mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional. Fokus belanja APBN kini diarahkan pada penguatan konsumsi domestik dan peningkatan investasi strategis melalui Badan Pengelola Investasi Danantara serta perluasan program hilirisasi.
“Lewat perbaikan belanja publik, efisiensi, dan refocusing, kami berharap dampak positif terhadap pertumbuhan akan mulai terlihat pada 2026,” imbuh Anggito.
Sebagai informasi, Indonesia telah mengirim delegasi tingkat tinggi ke AS untuk menegosiasikan tarif tersebut, dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Delegasi telah bertemu dengan pejabat dari Kementerian Luar Negeri AS, Departemen Keuangan, serta United States Trade Representative (USTR). Meski kesepakatan belum dicapai, AS telah membuka masa negosiasi selama 60 hari bagi Indonesia.