Suaraindo.com – Komisi Eropa memutuskan untuk melakukan boikot sebagian terhadap kepresidenan Hungaria di Dewan Eropa selama enam bulan, sebagai reaksi atas kunjungan Perdana Menteri Viktor Orban ke Moskow yang disebutnya sebagai “misi perdamaian”. Selama masa kepresidenannya, Orban mengunjungi Kyiv, Moskow, Beijing, dan Washington, serta bertemu dengan Donald Trump di Florida, yang menuai kritik tajam dari negara-negara anggota UE dan sekutu NATO.
Komisi Eropa mengumumkan bahwa mereka hanya akan mengirim pejabat senior, bukan komisaris, ke pertemuan informal yang dipimpin oleh Hungaria. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, memutuskan bahwa hanya pejabat setingkat pegawai negeri senior yang akan hadir dalam pertemuan tersebut. Negara-negara anggota yang dekat dengan Rusia, seperti Swedia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia, juga mengambil langkah serupa dengan hanya mengirimkan pegawai negeri sebagai perwakilan.
Hungaria merespons dengan kritik, menyatakan bahwa UE tidak seharusnya melakukan diskriminasi ketika semua anggota memiliki giliran untuk memimpin. Menteri Urusan Eropa Hungaria, Janos Boka, menekankan bahwa Komisi Eropa adalah lembaga yang dibentuk oleh negara-negara anggota.
Kepresidenan Dewan Eropa dipegang secara bergilir oleh masing-masing negara anggota selama enam bulan. Meskipun tidak memiliki hak suara tambahan, negara yang memegang kepresidenan dapat mengarahkan agenda dan menentukan isu-isu yang akan dibahas selama masa jabatannya. Masa kepresidenan Hungaria telah diantisipasi dengan kekhawatiran, mengingat sikap Orban terhadap invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022.