Suaraindo.com – Ukraina mulai melancarkan serangan balasan terhadap Rusia, berhasil menguasai beberapa desa di wilayah yang sebelumnya dikuasai Moskow sebelum perang antara kedua negara pecah. Terbaru, pasukan Ukraina telah menguasai desa-desa di wilayah Kursk yang terletak sekitar 20 km dari perbatasan dengan Ukraina, termasuk wilayah Sudzha dan Korenovo yang berjarak 8 km dari perbatasan.
Sementara itu, kebakaran besar dilaporkan terjadi di sebuah lapangan terbang militer di luar kota Lipetsk, sekitar 460 km di selatan Moskow, yang digunakan sebagai pangkalan militer untuk serangan udara ke Ukraina Timur. Menurut laporan dari AFP, empat desa di sekitar Lipetsk telah dievakuasi setelah serangan drone Ukraina yang menyebabkan enam orang terluka.
Kementerian Pertahanan Rusia mengakui bahwa pasukannya terlibat dalam pertempuran melawan penyerang Ukraina di wilayah Sudzha dan Korenevo. Jenderal komandan pasukan khusus Akhmat Chechnya, Apti Alaudinov, juga mengakui adanya kerugian di pihak Rusia setelah serangan mendadak Ukraina.
Ukraina mengonfirmasi serangan tersebut, termasuk pengeboman di pangkalan Lipetsk yang juga digunakan untuk menyimpan bahan peledak. Menurut Kantor Staf Umum Ukraina, mereka berhasil menghancurkan gudang yang berisi bom udara berpemandu di Lipetsk.
Penasihat Kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak, menyatakan bahwa serangan Ukraina adalah respons terhadap agresi Rusia dan bahwa “perang adalah perang, dengan aturan-aturannya sendiri, di mana agresor akan menuai hasil yang setimpal.”
Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan marah atas serangan ini, dan Kepala Staf Militer Valery Gerasimov menyatakan bahwa kemajuan Ukraina di Kursk akan dihentikan dan operasi akan diselesaikan hingga “mencapai perbatasan negara Rusia.”
Meskipun para ahli skeptis terhadap nilai militer serangan Ukraina ini, mereka mengakui bahwa serangan ini berhasil sebagai strategi psikologis. Seorang peneliti di King’s College London, Jade McGlynn, menyebut serangan ini menunjukkan bahwa “garis merah” yang ditetapkan Putin tidak sekuat yang dibayangkan beberapa orang, menjadikannya sukses sebagai strategi politik.