Menu

Mode Gelap
Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan Indonesia Darurat Filisida: KPAI Soroti Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Utama Dasco Tegas Bantah Isu Megawati Telepon Prabowo Terkait Hasto dan KPK HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024 Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Berharap Pimpinan KPK Mempertimbangkan Permohonan Praperadilan

Internasional · 18 Dec 2024 12:33 WIB ·

Trump Hentikan Subsidi EV, Industri Mobil Listrik AS dalam Ancaman


 Trump Hentikan Subsidi EV, Industri Mobil Listrik AS dalam Ancaman Perbesar

Suaraindo.com – Tim transisi Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump mengusulkan penghentian subsidi besar-besaran untuk kendaraan listrik (EV) dan stasiun pengisian daya yang menjadi andalan kebijakan Presiden Joe Biden. Langkah ini juga melibatkan peningkatan pemblokiran impor mobil, komponen, dan material baterai dari China, berdasarkan dokumen yang dilihat Reuters.

Rekomendasi ini muncul di tengah dominasi rantai pasokan baterai EV China yang terus berkembang. Kampanye Trump sebelumnya menekankan penghapusan mandat untuk memperkuat industri EV dan mendorong kembali dominasi kendaraan berbahan bakar bensin-solar. Selain itu, tim transisi Trump ingin menaikkan tarif material baterai global guna mendorong produksi domestik.

Tim transisi merekomendasikan pengalihan dana sebesar USD 7,5 miliar, yang sebelumnya dialokasikan untuk membangun stasiun pengisian daya EV, ke sektor pemrosesan mineral baterai, rantai pasokan pertahanan nasional, dan infrastruktur strategis lainnya. “Baterai, mineral, dan komponen EV penting untuk produksi pertahanan. EV dan stasiun pengisian daya EV tidak sepenting itu,” ungkap dokumen tersebut.

Selain itu, tim transisi Trump juga ingin menghapus keringanan pajak sebesar USD 7.500 untuk pembelian EV. Kebijakan ini berpotensi mengancam produsen EV, termasuk Tesla, General Motors, dan Hyundai, yang selama ini bergantung pada subsidi untuk meningkatkan daya saing produk mereka.

Elon Musk, CEO Tesla, mengakui bahwa kehilangan subsidi pemerintah lebih berdampak pada pesaing Tesla daripada Tesla sendiri. Namun, penghentian subsidi ini tetap akan memukul pasar EV secara keseluruhan, mengingat pergeseran global menuju kendaraan listrik untuk memenuhi target pengurangan emisi.

Juru bicara tim transisi Trump, Karoline Leavitt, menegaskan bahwa kebijakan Trump bertujuan mendukung industri otomotif AS dengan tetap memberikan ruang bagi mobil berbahan bakar bensin-solar. “Saat menjabat, Presiden Trump akan memastikan industri otomotif memiliki keseimbangan antara mobil berbahan bakar fosil dan EV,” jelasnya.

Jika rekomendasi ini diterapkan, target pengurangan emisi di AS kemungkinan besar akan mundur. Pemerintahan Biden menargetkan pengurangan emisi kendaraan hingga 15% per mil pada 2025, tetapi kebijakan Trump berisiko mengembalikannya ke level 2019 sebesar 25% per mil. Hal ini bertolak belakang dengan tren global yang semakin ketat dalam pembatasan penggunaan bahan bakar fosil untuk mengurangi polusi dan dampak perubahan iklim.

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Indonesia Bersiap Luncurkan Digital ID pada 17 Agustus 2025: Transformasi Digital Layanan Pemerintah

13 January 2025 - 14:52 WIB

Kebakaran Los Angeles: Korban, Kerugian Ekonomi, dan Kritik terhadap Pemerintah

13 January 2025 - 14:49 WIB

Erick Thohir Ungkap Indonesia Berpotensi Hasilkan Selenium untuk Chip Semikonduktor

13 January 2025 - 14:45 WIB

Hasil Pertemuan Prabowo dan PM Jepang, Bantu MBG Hingga Beri Pinjaman

12 January 2025 - 15:18 WIB

KAI Rilis Gapeka 2025, Bermanfaat untuk Pangkas Waktu Perjalanan

12 January 2025 - 15:16 WIB

Kebakaran Los Angeles Memburuk, Elon Musk dan Donald Trump Tuai Kritik Akibat Sebar Misinformasi

11 January 2025 - 20:55 WIB

Trending di Bencana Alam