Suaraindo.com – Turki telah menghentikan semua perdagangan dengan Israel, mengumumkan akan melanjutkan hanya jika tercapai “gencatan senjata permanen” di Gaza. Keputusan ini diambil pada Jumat (3/5/2024) sebagai bagian dari sanksi internasional yang bertujuan mengakhiri konflik di wilayah tersebut, menurut laporan New York Times.
Sebelumnya, Turki juga telah menghentikan perdagangan sebagai respons terhadap kekurangan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Di tengah ketegangan ini, Israel mengindikasikan persiapan untuk serangan lebih lanjut di kota Rafah, Gaza, yang menurut PBB bisa berakibat fatal. Menteri Perdagangan Turki, Omer Bolat, mengkritik keras tindakan Israel yang dianggap tanpa kompromi.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam sebuah pertemuan bisnis pada hari yang sama, menyatakan bahwa Turki akan mendukung yang tertindas meskipun mungkin ada reaksi dari Barat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, melalui media sosial mengecam tindakan Erdogan, menyebutnya sebagai perilaku diktatorial yang merugikan rakyat dan pengusaha Turki serta melanggar perjanjian perdagangan.
Erdogan juga telah mengecam tindakan militer Israel di Gaza dan mendukung Hamas, bertemu dengan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, pada April. “Israel akan menanggung konsekuensi dari tindakan kejamnya terhadap warga Palestina,” ucap Erdogan.
Dampak internasional dari tindakan militer Israel di Gaza meningkat, dengan beberapa negara menurunkan atau memutus hubungan diplomatik, termasuk Kolombia, Bolivia, dan Belize.
Negara-negara Arab seperti Yordania dan Bahrain pun menarik duta besarnya, menanggapi kemarahan publik atas konflik yang berkepanjangan.