Suaraindo.com – Rusia telah mengungkapkan kemarahannya dan memberikan peringatan keras terhadap Inggris. Ini terjadi setelah Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, menyatakan dukungannya agar Ukraina menggunakan senjata yang diberikan oleh Inggris untuk menargetkan lokasi di dalam wilayah Rusia.
Sebagai tanggapan, Rusia telah mengancam akan menargetkan fasilitas militer Inggris. Di samping itu, Moskow juga mengumumkan rencana untuk melaksanakan latihan senjata nuklir, sebagai reaksi terhadap komentar yang dibuat oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang kemungkinan mengirim pasukan ke Ukraina. Kedutaan Inggris dan Prancis di Moskow telah dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri Rusia.
Kementerian tersebut telah menyatakan secara resmi kepada Duta Besar Inggris, Nigel Casey, mengenai pernyataan Cameron yang memungkinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan senjata Inggris. Rusia menilai bahwa pernyataan tersebut secara de facto menjadikan Inggris sebagai pihak yang terlibat dalam konflik di Ukraina.
“Casey diperingatkan bahwa sebagai respons terhadap serangan Ukraina di wilayah Rusia dengan senjata Inggris, setiap fasilitas dan peralatan militer Inggris di wilayah Ukraina dan luar negeri dapat menjadi target,” menurut pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Rusia dan dikutip oleh The Guardian, Selasa (7/5/2024).
“Duta Besar [Nigel Casey] diminta untuk merenungkan konsekuensi bencana yang tak terelakkan dari langkah-langkah permusuhan yang dilakukan London dan segera membantah pernyataan-pernyataan provokatif yang bersifat agresif dari kepala Kementerian Luar Negeri dengan cara yang paling tegas dan tidak ambigu,” tambah kementerian itu.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa latihan senjata nuklir taktis telah diperintahkan oleh Presiden Vladimir Putin, yang bertujuan untuk memastikan integritas wilayah dan kedaulatan negara Rusia. Latihan ini akan melibatkan Angkatan Udara dan Angkatan Laut Rusia, dan merupakan bagian dari latihan reguler yang menunjukkan kesiapan Rusia dalam menggunakan senjata nuklir.
Kementerian Luar Negeri Rusia juga menyebutkan tentang pengembangan rudal jarak menengah dan pendek baru, sebagai respons terhadap penempatan sistem rudal oleh Amerika Serikat di Eropa dan Asia-Pasifik. Seorang pejabat Ukraina telah menolak tuduhan ini, menggambarkan tindakan Rusia sebagai bentuk pemerasan nuklir.
“Kami tidak melihat sesuatu yang baru di sini, kecuali dampak informasi dan pernyataan. Pemerasan nuklir adalah praktik yang terus-menerus dilakukan rezim Putin,” ujar Andriy Yusov, juru bicara intelijen Ukraina.
Ditengah ketegangan yang meningkat, Jerman telah memulangkan duta besarnya dari Rusia, menyusul tuduhan serangan siber oleh Rusia terhadap partai yang berkuasa di Jerman pada tahun 2023.