Suaraindo.com – Nilai tukar rupiah tercatat menguat pada Jumat pagi (11/4), menembus level Rp16.772 per dolar Amerika Serikat. Kenaikan ini setara dengan penguatan 50,5 poin atau sekitar 0,30 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Penguatan rupiah sejalan dengan tren positif yang terjadi di kawasan Asia. Yen Jepang tercatat menguat 0,73 persen, baht Thailand naik 0,39 persen, yuan China sedikit menguat 0,01 persen, peso Filipina naik 0,29 persen, dan won Korea Selatan menguat 0,15 persen. Dolar Singapura dan dolar Hong Kong juga mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 0,22 persen dan 0,02 persen.
Tak hanya di Asia, mata uang utama dari negara-negara maju juga mengalami penguatan. Euro naik signifikan sebesar 1,06 persen, disusul poundsterling Inggris yang menguat 0,35 persen, dan franc Swiss yang naik 0,56 persen. Dolar Australia dan dolar Kanada masing-masing menguat sebesar 0,11 persen dan 0,36 persen.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai penguatan rupiah didorong oleh pelemahan dolar AS yang tertekan hingga ke posisi terendah dalam lebih dari enam bulan. Hal ini dipicu kekhawatiran resesi yang semakin besar akibat meningkatnya tensi perang dagang, terutama dari eskalasi tarif antara Amerika Serikat dan China.
“Tekanan terhadap dolar AS juga diperparah oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, setelah data inflasi AS tercatat lebih lemah dari prediksi,” ujar Lukman.
Meski demikian, Lukman mengingatkan bahwa ruang penguatan rupiah masih terbatas karena masih kuatnya sentimen kehati-hatian (risk off) di pasar saham global. Untuk hari ini, ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.700 hingga Rp16.900 per dolar AS.