Menu

Mode Gelap
Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan Indonesia Darurat Filisida: KPAI Soroti Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Utama Dasco Tegas Bantah Isu Megawati Telepon Prabowo Terkait Hasto dan KPK HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024 Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Berharap Pimpinan KPK Mempertimbangkan Permohonan Praperadilan

Ekonomi · 19 Dec 2024 13:44 WIB ·

Rupiah Melemah, Sentuh Level Rp 16.275/US$: Apa Penyebabnya?


 Rupiah Melemah, Sentuh Level Rp 16.275/US$: Apa Penyebabnya? Perbesar

Suaraindo.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah, menyentuh level Rp 16.275/US$ pada perdagangan pagi ini, Kamis (19/12/2024). Pelemahan ini, menurut Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA), David Sumual, disebabkan oleh keputusan terbaru Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), terkait kebijakan suku bunga.

The Fed dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini mengisyaratkan hanya akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada 2025. Jumlah tersebut lebih sedikit dari perkiraan awal yang memproyeksikan empat kali pemangkasan. “Fed memproyeksikan penurunan suku bunga hanya dua kali tahun depan karena kekhawatiran tingginya inflasi akibat kebijakan tarif dari pemerintahan Trump,” ujar David.

David memperkirakan kurs rupiah masih berpotensi melemah hingga level Rp 16.400/US$, dengan peluang penguatan hanya sampai Rp 16.150/US$ dalam jangka pendek. Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyebutkan bahwa lonjakan Indeks Dolar AS hingga 108,03 menjadi salah satu pemicu pelemahan ini.

“Pembuat kebijakan hanya memproyeksikan pemangkasan suku bunga 50 basis poin (bps) pada tahun depan, lebih rendah dari 100 bps yang diantisipasi sebelumnya,” ungkap Josua. Kenaikan yield US Treasury 10 tahun menjadi 4,51% turut memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah.

Pasar obligasi rupiah menunjukkan tren variatif, dengan yield obligasi 5 tahun meningkat sementara yield obligasi 10 tahun menurun. Volume perdagangan obligasi pemerintah juga mengalami penurunan menjadi Rp 10,75 triliun pada Rabu, dibandingkan Rp 22,94 triliun pada hari sebelumnya.

Bank Indonesia (BI) telah memastikan komitmennya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. “BI commit untuk menjaga stabilitas nilai tukar antara lain melalui langkah intervensi secara terukur dan timely,” ujar Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Fitra Jusdiman.

Dengan berbagai indikator yang ada, Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.200 hingga Rp 16.275 pada perdagangan hari ini. Di tengah tantangan global dan ancaman inflasi, pemerintah dan otoritas moneter diharapkan mampu menavigasi situasi ini untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Golkar Dukung Omnibus Law Setelah PT 20% Dihapus: Upaya Efisiensi dan Harmonisasi Aturan

14 January 2025 - 10:18 WIB

Indonesia Darurat Filisida: KPAI Soroti Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Utama

14 January 2025 - 10:17 WIB

Dasco Tegas Bantah Isu Megawati Telepon Prabowo Terkait Hasto dan KPK

14 January 2025 - 10:14 WIB

HET Beras Medium dan Premium 2025 Ditetapkan Sama seperti 2024

13 January 2025 - 16:15 WIB

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Berharap Pimpinan KPK Mempertimbangkan Permohonan Praperadilan

13 January 2025 - 16:13 WIB

Pertemuan Pertama Pemprov Jakarta dengan Tim Transisi Pramono-Rano Dijadwalkan Hari Ini

13 January 2025 - 16:12 WIB

Trending di Nasional