Suaraindo.com – Menteri Kesehatan Korea Selatan mengkritik wacana profesor kedokteran di berbagai perguruan tinggi besar, salah satunya Universitas Nasional Seoul, yang bakal mengundurkan diri secara massal mulai pekan depan, Senin (25/4/2024). Cho Kyoo-hong meminta para profesor di fakultas kedokteran untuk tidak mengundurkan diri massal guna mendukung pemogokan berkepanjangan oleh dokter pelatihan.
“Masyarakat akan kesulitan memahami profesor kedokteran yang berpartisipasi dalam aksi kolektif dengan menelantarkan pasien padahal mereka seharusnya fokus membujuk dokter dan mahasiswa yang masih dalam masa pelatihan untuk kembali ke rumah sakit dan sekolah,” kata Menkes Cho pada pertemuan tanggapan pemerintah di Seoul, Korea Selatan, Jumat.
Resign massal dilakukan para profesor sebagai aksi lanjutan mogok kerja ribuan dokter muda terkait penolakan kebijakan baru yang disebut pemerintah Korsel ‘reformasi’ memperbanyak jumlah dokter.
Para dokter memprotes ketentuan tersebut lantaran dikhawatirkan malah hanya menghasilkan SDM yang tidak berkualitas, sementara kesejahteraan mereka saat ini juga masih jauh dari kata ideal.
Wakil Menteri Kesehatan Kedua Park Min-soo juga menyerukan para profesor kedokteran untuk membujuk dokter junior kembali bekerja, karena aksi ini telah mengganggu layanan kesehatan masyarakat.
Park melontarkan pernyataan tersebut sehari setelah profesor kedokteran di universitas memutuskan untuk mengajukan pengunduran diri, minggu depan. Dokter senior dari sekolah kedokteran lain juga mengancam akan berhenti bekerja sementara waktu.
“Masyarakat merasa sulit untuk memahami dan bahkan mengungkapkan kemarahan terhadap profesor kedokteran, yang dihormati sebagai pemimpin masyarakat, karena mereka berupaya membuat pemerintah bertekuk lutut untuk memajukan agenda mereka,” kata Park kepada wartawan.
“Masyarakat akan mengharapkan para profesor kedokteran agar mahasiswanya kembali ke rumah sakit daripada menelantarkan pasiennya secara tidak bertanggung jawab,” kata Park.
Sekitar 90 persen dari 13.000 dokter magang dan dokter residen tidak lagi bekerja sejak akhir Februari sebagai protes terhadap keputusan pemerintah untuk menambah pendaftaran sekolah kedokteran hingga 2.000 tempat. Saat ini ada 3.058 sekolah kedokteran.
“Pemerintah berkomitmen untuk melakukan dialog secara lebih proaktif. Saluran komunikasi selalu terbuka, dan kami akan mendengarkan dengan penuh perhatian, mencerminkan pendapat dalam kebijakan kami,” tambah Park.
Korea Selatan telah berupaya untuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran secara signifikan untuk menghadapi populasi penuaan yang cepat di negara tersebut, dan kekurangan dokter di daerah pedesaan dan daerah-daerah penting, seperti bagian anak-anak dan unit gawat darurat.
Sebaliknya, para dokter mengatakan kenaikan kuota akan menurunkan kualitas pendidikan kedokteran dan mengakibatkan biaya pengobatan yang lebih tinggi bagi pasien. Mereka menyerukan langkah-langkah untuk terlebih dahulu menangani para spesialis yang dibayar rendah dan meningkatkan perlindungan hukum terhadap tuntutan hukum malpraktik medis yang berlebihan.