Suaraindo.com – Gejolak pasar Indonesia semakin memperburuk kekhawatiran ekonomi yang mempengaruhi sentimen di kalangan konsumen, pelaku usaha, dan investor ritel menjelang hari raya terbesar di Asia Tenggara.
Benedicta Alvinta, seorang mantan marketing strategist di Yogyakarta, Jawa Tengah, mengatakan bahwa penurunan tajam di pasar saham Indonesia merugikan portofolio investasinya yang sebagian besar terdiri dari saham, obligasi ritel, reksadana, dan emas.
“Meskipun saya masih yakin IHSG akan pulih dalam jangka panjang, saya kini lebih berhati-hati dalam berinvestasi karena kurangnya keyakinan terhadap prospek ekonomi,” ujarnya.
Diperkirakan, sejumlah besar orang Indonesia akan mengurangi perjalanan mereka selama libur Idul Fitri tahun ini, baik di Jawa, Sumatra, Kalimantan, maupun pulau-pulau lainnya, akibat penurunan kepercayaan terhadap keadaan ekonomi. Pemangkasan anggaran, kebijakan pengeluaran populis, serta ketidakpastian kebijakan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto turut memperburuk situasi.
IHSG baru-baru ini mencatatkan penurunan intraday terbesar dalam lebih dari satu dekade dan menjadi salah satu indeks saham dengan kinerja terburuk di dunia tahun ini. Pada 25 Maret, nilai tukar rupiah juga turun ke posisi terendah sejak krisis keuangan Asia di akhir 1990-an.
Saat ini, pasar domestik sedang libur lebih dari seminggu untuk merayakan berakhirnya bulan puasa Ramadan.
Perkembangan ekonomi yang pesimis tercermin dari kondisi jalanan yang lebih sepi dari biasanya. Kementerian Perhubungan memprediksi sekitar 146 juta orang akan mudik pada 2025, menurun lebih dari 45 juta dibandingkan tahun lalu.
Berbagai faktor yang menekan rumah tangga dalam beberapa bulan terakhir meliputi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor tekstil, penurunan harga nikel, serta pelemahan nilai tukar rupiah.