Suaraindo.com – Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, pada Sabtu (29/6/2024), menyatakan bahwa negaranya berada dalam keadaan perang akibat ancaman dan serangan dari Israel.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel, di tengah serangan lintas batas antara kelompok Hizbullah Lebanon dan pasukan Israel. Tel Aviv terus melancarkan serangan mematikannya di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, yang telah menewaskan lebih dari 37.800 orang.
“Ancaman yang kita hadapi seperti perang psikologi. Pertanyaan semua orang adalah ‘apakah itu perang?’ Ya, kita dalam keadaan perang. Akibat serangan Israel, ada banyak korban tewas dari pihak sipil dan non sipil dan desa-desa yang hancur,” kata Mikati dalam pernyataan pada Sabtu (29/6).
Pernyataan ini mengikuti pengumuman IDF pada 18 Juni bahwa mereka menyetujui rencana operasional serangan di Lebanon. Israel mengancam untuk “mengubah aturan” terhadap Hizbullah dan Lebanon, dengan ancaman “perang habis-habisan” untuk menghancurkan gerakan tersebut.
Situasi semakin tegang setelah Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengancam akan menyerang Israel utara jika konfrontasi meningkat. Pertempuran antara IDF dan pasukan Hizbullah terus berlangsung di sepanjang perbatasan setiap hari, memaksa puluhan ribu warga Lebanon dan Israel meninggalkan rumah mereka di wilayah perbatasan.
Kementerian Luar Negeri Lebanon mengatakan sekitar 100.000 orang harus meninggalkan rumah-rumah mereka di wilayah perbatasan, sementara Kemenlu Israel mengatakan sebanyak 80.000 warganya harus melakukan hal yang sama.
Dalam tanggapannya terhadap eskalasi ini, Kementerian Luar Negeri Lebanon meminta gencatan senjata, sementara Bahrain mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera bertindak dengan mengeluarkan resolusi untuk mencegah konflik meluas dan mempertahankan keamanan regional.