Suaraindo.com – Pemerintah Indonesia memutuskan untuk meningkatkan porsi impor minyak mentah (crude) dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari respons atas kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa impor minyak mentah dari AS yang sebelumnya hanya sekitar 4 persen dari total impor Indonesia, akan dinaikkan menjadi sekitar 40 persen. Meski demikian, ia menegaskan bahwa peningkatan ini tidak akan membebani anggaran negara maupun menambah kuota impor nasional.
“Impor ini hanya dialihkan dari negara-negara lain seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara ke AS. Ini murni langkah dagang dan tidak menambah kuota atau membebani APBN,” ujar Bahlil di Istana Kepresidenan, Senin (21/4).
Bahlil menjelaskan bahwa langkah ini adalah strategi dagang yang fleksibel tanpa keterikatan jangka panjang dengan negara mitra manapun. Ia pun berharap peningkatan impor crude dari AS dapat berkontribusi positif dalam proses negosiasi penurunan tarif perdagangan yang sedang berlangsung.
“Kalau misalnya tarif tetap tidak berubah, ya kita tentu punya opsi lain dan itu akan dikonsultasikan dengan Presiden,” tambahnya.
Lebih lanjut, Bahlil menyatakan bahwa pemerintah tidak berencana menyetop total impor dari negara-negara lain, namun hanya akan mengurangi volumenya. Selama ini, sumber impor migas Indonesia berasal dari berbagai negara, termasuk Singapura, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
Saat ini, impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) Indonesia dari AS juga sudah mencapai sekitar 54 persen dari total kebutuhan. Sementara itu, keputusan untuk memperbesar impor minyak mentah dari AS juga diharapkan menjadi bagian dari strategi diplomasi ekonomi yang lebih luas dalam merespons tekanan perdagangan global.
Langkah ini menjadi bagian dari manuver Indonesia di tengah tensi dagang dengan AS, sembari tetap menjaga keberagaman sumber energi dan kestabilan pasokan migas dalam negeri.