Menu

Mode Gelap
Pagar Laut dan Reklamasi: Konflik Ekosistem vs Kepentingan Modal Ekstradisi Paulus Tannos: Harapan Baru dalam Perjuangan Melawan Korupsi 352 Sekolah Tutup, Bangkok di Peringkat Kota Tercemar Dunia Gekrafs Papua Pegunungan Rayakan HUT ke-6 dengan Dukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Amnesti Papua: Harapan Baru atau Sekadar Langkah Simbolis?

Internasional · 29 Aug 2024 18:11 WIB ·

Pavel Durov, CEO Telegram, Hadapi Tuduhan Kekerasan Anak dan Kasus Hukum di Dua Negara


 Pavel Durov, CEO Telegram, Hadapi Tuduhan Kekerasan Anak dan Kasus Hukum di Dua Negara Perbesar

Suaraindo.com – Telegram CEO Pavel Durov muncul di pengadilan Paris pada Rabu (28 Agustus 2024), setelah masa penahanannya mendekati akhir. Durov ditangkap di bandara Le Bourget, Paris, pada 24 Agustus, sebagai bagian dari penyelidikan yudisial yang mencakup tuduhan konspirasi dengan aktivitas ilegal, pencucian uang, dan penolakan berkomunikasi dengan otoritas. Jaksa Prancis menyatakan bahwa penyelidikan ini juga melibatkan asosiasi kriminal dan penyediaan layanan kriptologi tanpa deklarasi sebelumnya.

Penyelidikan terhadap Durov tidak hanya terjadi di Prancis; ia juga sedang diselidiki di Swiss atas tuduhan kekerasan anak yang diajukan oleh mantan pasangannya, Irina Bolgar. Bolgar mengklaim bahwa Durov melakukan kekerasan fisik terhadap anak bungsu mereka antara tahun 2021 dan 2022, yang mengakibatkan cedera fisik seperti gegar otak dan gangguan tidur. Setelah pengaduan awalnya sempat ditolak, Bolgar berhasil mengajukan banding pada Mei 2023, sehingga kasus ini akan dilanjutkan pada Oktober mendatang.

Sengketa hukum ini meluas ke masalah finansial, di mana Bolgar menuduh Durov berhenti membayar tunjangan anak sebesar €150.000 per bulan sejak September 2022. Bolgar, yang saat ini mendukung anak-anaknya dengan gaji bulanannya sebesar 8.000 franc Swiss, mengklaim Durov berhenti menghubungi anak-anak mereka sejak pembayaran dihentikan. Kekayaan Durov sendiri diperkirakan mencapai $15,5 miliar.

Durov yang memiliki kewarganegaraan Prancis, Rusia, St. Kitts and Nevis, dan Uni Emirat Arab, saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan hukum yang dapat mempengaruhi reputasi serta operasional Telegram di masa depan. Telegram menegaskan bahwa pihaknya mematuhi hukum Uni Eropa dan optimis terhadap penyelesaian cepat dari situasi ini, meski tuduhan terus berkembang.

Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ekstradisi Paulus Tannos: Harapan Baru dalam Perjuangan Melawan Korupsi

24 January 2025 - 13:23 WIB

352 Sekolah Tutup, Bangkok di Peringkat Kota Tercemar Dunia

24 January 2025 - 13:14 WIB

Pengamat HAM Dukung Juha Christensen Jadi Mediator Konflik Papua: Momentum Perdamaian Baru

23 January 2025 - 16:32 WIB

Resmi Diblokir, TikTok di Amerika Serikat Menghilang dari AppStore dan PlayStore

19 January 2025 - 16:20 WIB

Donald Trump Siap Luncurkan Kebijakan Kontroversial di Masa Jabatan Kedua

17 January 2025 - 13:04 WIB

Upaya Netanyahu Kubur Harapan Gencatan Senjata di Gaza

17 January 2025 - 12:56 WIB

Trending di Internasional