Menu

Mode Gelap
Pemerintah Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,2 – 5,8 Persen pada 2026 KPK Tegaskan Tetap Bisa Usut Korupsi di BUMN Lewat Surat Edaran Baru Indonesia dan Thailand Sepakat Desak Gencatan Senjata dan Akses Kemanusiaan untuk Gaza Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 4,87%, Mendagri: Lebih Baik dari AS dan Jepang Pemberangkatan Gelombang Pertama Selesai, 103 Ribu Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

Internasional · 22 Sep 2024 17:17 WIB ·

Nasib CSTO di Bawah Bayang-Bayang Perang Ukraina: Cengkeraman Rusia Makin Rapuh


 Nasib CSTO di Bawah Bayang-Bayang Perang Ukraina: Cengkeraman Rusia Makin Rapuh Perbesar

Suaraindo.com – Nasib Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (Collective Security Treaty Organisation/CSTO), aliansi militer negara-negara bekas Soviet yang dipimpin Rusia, kini menjadi sorotan. Seiring dengan perang Rusia-Ukraina yang berlangsung selama tiga tahun, cengkeraman Moskow atas CSTO tampak semakin lemah, dan peran historisnya sebagai pemimpin utama di Asia Tengah dan Kaukasus pun mulai memudar.

CSTO, yang dibentuk pada tahun 1992 sebagai respons atas runtuhnya Uni Soviet untuk mengisi kekosongan keamanan di Eurasia, kini menghadapi tantangan serius terkait daya saing dan kelangsungan hidup. “Namun tiga dekade kemudian, blok tersebut berjuang dengan masalah serius terkait daya saing dan kelangsungan hidup,” kata analis Armenia, Hakob Badalyan, seperti dikutip dari AFP (22/9/2024).

Ketegangan internal CSTO semakin kontras dengan keberhasilan Rusia dalam memperkuat aliansi dengan negara-negara seperti China, India, Iran, Korea Utara, dan beberapa negara Afrika, meski di tengah konflik dengan Ukraina. Menurut Badalyan, keterbatasan sumber daya Rusia akibat perang Ukraina membuat negara itu kesulitan menjalankan perannya sebagai pemimpin militer-teknis CSTO.

Aliansi CSTO terdiri dari Rusia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Armenia. Namun, aliansi ini mulai retak, terutama setelah Armenia memboikot organisasi tersebut, meski secara resmi masih menjadi anggota. Armenia menuduh CSTO, dan secara implisit Rusia, meninggalkannya saat berkonflik dengan Azerbaijan.

Masalah Armenia bukanlah tantangan keanggotaan pertama CSTO. Sebelumnya, Georgia dan Azerbaijan keluar dari aliansi pada tahun 1999, dan Uzbekistan mengikuti langkah yang sama pada 2012. Upaya untuk mengajak Uzbekistan dan Turkmenistan bergabung kembali tahun lalu juga gagal.

Di tengah tekanan, negara-negara Asia Tengah dan Armenia memilih memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat dan Eropa. Sementara Rusia memandang Barat sebagai ancaman eksistensial, CSTO kehilangan dukungan penuh dari anggotanya, termasuk dalam konflik Ukraina. Bahkan, Belarusia yang sangat bergantung pada Rusia secara finansial dan militer, tidak mengakui klaim teritorial Rusia atas Ukraina timur.

CSTO, meski masih berperan dalam kawasan, semakin dipertanyakan kemampuannya untuk bertindak sebagai alternatif NATO yang kuat di bawah kepemimpinan Rusia yang kini tengah diuji.

Artikel ini telah dibaca 85 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Indonesia dan Thailand Sepakat Desak Gencatan Senjata dan Akses Kemanusiaan untuk Gaza

20 May 2025 - 15:13 WIB

Pemberangkatan Gelombang Pertama Selesai, 103 Ribu Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

19 May 2025 - 14:41 WIB

Kunjungan Resmi Presiden Prabowo ke Thailand: Perkuat Kemitraan Strategis Indonesia–Thailand

18 May 2025 - 15:10 WIB

Diplomasi Budaya Indonesia Menggema di Festival Film Cannes 2025

18 May 2025 - 15:09 WIB

Indonesia Hadiri Pelantikan Paus Leo XIV: Delegasi Khusus Utusan Presiden Prabowo Tekankan Persaudaraan Global

17 May 2025 - 12:02 WIB

Rangkaian Diplomasi Menlu Sugiono: Memperkuat Kemitraan Strategis Global untuk Kepentingan Nasional

17 May 2025 - 11:57 WIB

Trending di Internasional