Menu

Mode Gelap
Pemerintah Siapkan Regulasi untuk Status Pengemudi Ojek Online, Tunggu Persetujuan Menteri Baru Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia China Sebut Indonesia dalam Peringatan Terhadap Barat di Tengah Ketegangan Perang Rusia-Ukraina Erick Thohir Pastikan Misa Paus Fransiskus di GBK Tak Ganggu Persiapan Timnas untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 Sri Mulyani Ungkap Usulan Kenaikan Anggaran Kementerian dan Lembaga pada RAPBN 2025

Internasional · 18 Mar 2024 04:27 WIB ·

Meski Dikritik, Netanyahu Kukuh “Usir” Warga Sipil Sebelum Bombardir Rafah


 Meski Dikritik, Netanyahu Kukuh “Usir” Warga Sipil Sebelum Bombardir Rafah Perbesar

Suaraindo.com – Meskipun menuai kritikan global, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan tegas menginstruksikan warga sipil untuk meninggalkan Rafah, wilayah di selatan jalur Gaza, sebelum wilayah tersebut dibombardir sebagai bagian dari upaya militer menargetkan kelompok militan Hamas.

Sikap ini menunjukkan ketegasan Israel dalam menghadapi kelompok tersebut, tanpa memperdulikan kekhawatiran internasional mengenai nasib hampir 1,5 juta pengungsi yang kini berada di Rafah, yang merupakan korban dari konflik yang berkelanjutan.

“Tujuan kami untuk menghabisi batalion teroris yang tersisa di Rafah sejalan dengan memungkinkan penduduk sipil meninggalkan Rafah. Ini bukanlah sesuatu yang akan kami lakukan dengan tetap mengunci penduduk di tempat,” kata Netanyahu, seperti dilaporkan oleh AFP.

Kendati mendapat kecaman dari berbagai pihak internasional, Netanyahu dengan tegas menyatakan bahwa Israel akan melanjutkan operasinya di Rafah, menegaskan kembali posisi negaranya bahwa tidak ada tekanan internasional yang akan menghalangi mereka dari mencapai tujuan perangnya.

Tindakan ini mencerminkan sikap tak tergoyahkan Israel terhadap Hamas, meskipun terdapat imbauan untuk menghindari eskalasi kekerasan yang dapat memperburuk kondisi kemanusiaan di Rafah.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus, secara spesifik telah meminta Israel untuk mempertimbangkan dampak kemanusiaan dari tindakannya dan menghindari serangan ke Rafah, menyoroti potensi bencana kemanusiaan yang dapat terjadi.

Sementara itu, Amerika Serikat, sebagai sekutu penting Israel, menyatakan posisi mereka yang tidak dapat mendukung operasi di Rafah tanpa adanya rencana yang jelas untuk melindungi warga sipil, menunjukkan adanya ketidaksepakatan bahkan dengan negara-negara sekutunya.

Penegasan ulang Netanyahu atas rencana Israel di Rafah datang di tengah meningkatnya ketegangan dengan Washington, terutama setelah kritik dari Pemimpin Mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, yang menyerukan kepada Israel untuk mengadakan pemilihan umum baru sebagai langkah menuju perdamaian.

Netanyahu menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan, “Kami bukan republik pisang,” menunjukkan ketidaksetujuannya dengan intervensi eksternal dan mempertahankan posisi kerasnya meski di bawah tekanan internasional.

Sikap ini menunjukkan keteguhan Israel di bawah kepemimpinan Netanyahu dalam menghadapi kritikan dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap tindakan militer yang diambil.
(BNI)

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan Bilateral Indonesia-Malaysia

8 September 2024 - 12:01 WIB

China Sebut Indonesia dalam Peringatan Terhadap Barat di Tengah Ketegangan Perang Rusia-Ukraina

8 September 2024 - 11:59 WIB

Inggris Tangguhkan Lisensi Ekspor Senjata ke Israel karena Risiko Pelanggaran Hukum Humaniter

4 September 2024 - 11:48 WIB

Kunjungan Paus Fransiskus: Sejarah Baru Setelah 35 Tahun

3 September 2024 - 09:28 WIB

Komitmen Indonesia Tidak Berubah Sejak Konferensi Asia-Afrika 1955

3 September 2024 - 09:26 WIB

Presiden RI Buka HLF MSP dan IAF 2024, Serukan Penguatan Solidaritas Global

3 September 2024 - 09:24 WIB

Trending di Internasional