Menu

Mode Gelap
Jokowi Bungkam soal Pemblokiran Anggaran IKN, Minta Ditanyakan ke Pemerintah Prabowo Menteri ATR/BPN Nusron Wahid Sebut Kelalaian Pegawai Diduga Sebabkan Kebakaran di Kantornya BPJS Kesehatan Terapkan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) Mulai Juli 2025, Apa yang Berubah? Setelah Makan Berginzi Gratis, Terbitlah Cek Kesehatan Gratis Pemerintah Pastikan Gaji ke-13 dan 14 ASN Tidak Terdampak Efisiensi

Internasional · 12 Jul 2024 15:12 WIB ·

Khawatir Deepfake: Teknologi AI Jadi Ancaman Serius Menjelang Pemilu AS


 Khawatir Deepfake: Teknologi AI Jadi Ancaman Serius Menjelang Pemilu AS Perbesar

Suaraindo.com – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin pesat di tengah musim pemilu di Amerika Serikat, menimbulkan kekhawatiran tentang maraknya peredaran informasi palsu yang umumnya berformat deepfake. Deepfake adalah konten visual seperti foto atau video yang dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang ada di internet, meniru perawakan dan suara seseorang hingga sangat mirip dengan aslinya.

Menurut laporan baru dari Moody minggu ini, AI-generatif dan deepfake menjadi masalah besar dalam menjaga integritas pemilu.

“Pemilu akan menantang, terutama dengan meningkatnya peredaran deepfake untuk menggiring opini sesat para pemilih,” kata Vice President dan Analyst Moody, Gregory Sobel, dan Senior Vice President Moody, William Foster, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (11/7/2024).

Mereka menambahkan bahwa keberhasilan penyebaran disinformasi dapat mempengaruhi suara pemilih dan hasil pemilu, serta kredibilitas institusi di AS.

Pemerintah AS telah mengambil langkah-langkah untuk memerangi deepfake. Pada Mei lalu, Kepala Komisi Komunikasi Federal (FCC), Jessica Rosenworcel, mengusulkan aturan baru yang meminta iklan TV politik, video, dan radio untuk memberikan label pada konten yang dibuat dengan AI-generatif. Meskipun media sosial tidak diatur oleh FCC, Komisi Pemilu Federal (FEC) turut mengawasi penyebaran AI di berbagai platform.

Beberapa platform seperti Meta telah berinisiatif memberikan label khusus untuk konten buatan AI. Namun, karena volume unggahan yang besar setiap harinya, tidak semua konten bisa diberi label.

Moody memperingatkan bahwa deepfake saat ini sudah digunakan oleh pemerintah atau organisasi non-pemerintah untuk menyebarkan propaganda di media sosial dan, dalam bentuk ekstrem, dapat memicu aksi terorisme. AS, sebagai salah satu negara paling rentan terhadap kejahatan siber, menempati urutan ke-19 dari 192 negara dalam E-Government Development Index PBB.

“Tak menutup kemungkinan bahwa banyak oknum-oknum di luar lanskap politik AS yang mengeksploitasi AI-generatif untuk memengaruhi politik AS. Untuk pemilih, sebaiknya tetap tenang, siaga, dan pilih sesuai pilihan dengan mengambil informasi yang akurat,” kata Jon Adams dari Securworks.

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Jokowi Bungkam soal Pemblokiran Anggaran IKN, Minta Ditanyakan ke Pemerintah Prabowo

9 February 2025 - 13:39 WIB

Sekitar 40.000 PNS di AS “Resign” Massal Sesuai Perintah Trump, Termasuk CIA

7 February 2025 - 15:03 WIB

Apa Kabar IKN Kini

7 February 2025 - 15:01 WIB

Distribusi Belum Merata: Pedagang Keluhkan Sulitnya Mencari Gas LPG 3 Kg

7 February 2025 - 14:59 WIB

Kementerian PANRB Lakukan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Optimalisasi Digitalisasi

6 February 2025 - 15:36 WIB

Prabowo Beri Sinyal Reshuffle Kabinet, Maruarar: “Kami Harus Siap”

6 February 2025 - 15:19 WIB

Trending di Nasional