Menu

Mode Gelap
DPR Sahkan Revisi UU TNI: Perkuat Ketahanan Nasional dan Tegaskan Supremasi Sipil Komitmen Nyata Menuju Swasembada Pangan: Panen Raya Serentak Dukung Optimasi Lahan di Merauke Visi Swasembada Pangan Prabowo: Membangun Agrinas hingga Memusatkan Penyuluh Pertanian Poin-poin Penting RUU TNI yang Telah Disahkan di DPR RI Rupiah Menguat Tipis ke Rp16.522 pada Pagi Hari Ini

Internasional · 20 Nov 2024 15:52 WIB ·

Ketegangan Meningkat: AS Tutup Kedutaan di Kyiv, Ukraina, Rusia Turunkan Ambang Batas Nuklir


 Ketegangan Meningkat: AS Tutup Kedutaan di Kyiv, Ukraina, Rusia Turunkan Ambang Batas Nuklir Perbesar

Suaraindo.com – Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kyiv, ibu kota Ukraina, resmi ditutup pada Rabu (20/11) setelah menerima informasi spesifik terkait ancaman serangan udara signifikan. Penutupan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi atas meningkatnya eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina, yang kini telah mencapai hari ke-1.000 sejak dimulainya perang.

Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri AS menyampaikan bahwa penutupan ini merupakan tindakan pencegahan. “Sebagai bentuk kehati-hatian, kedutaan akan ditutup, dan para pegawai kedutaan diinstruksikan untuk berlindung di tempat,” demikian bunyi peringatan keamanan yang diunggah di situs resmi kedutaan. Selain itu, warga negara AS yang berada di Ukraina juga disarankan untuk segera mencari tempat perlindungan jika peringatan serangan udara diumumkan.

Langkah ini diambil sehari setelah Ukraina melakukan serangan pertama ke wilayah Rusia dengan menggunakan misil jarak jauh ATACMS yang disuplai oleh AS. Serangan ini menargetkan fasilitas militer di wilayah Bryansk, yang menandai peningkatan dukungan dari AS terhadap Ukraina.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, merespons dengan revisi doktrin nuklir negaranya, menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir. Menurut doktrin baru tersebut, Rusia dapat membenarkan serangan nuklir jika menghadapi serangan dari negara non-nuklir yang didukung oleh negara bersenjata nuklir. Langkah ini dianggap sebagai ancaman nyata di tengah ketegangan yang semakin memanas antara Rusia dan Barat.

Ketegangan semakin diperburuk dengan pernyataan Kremlin bahwa situasi saat ini sebanding dengan Krisis Rudal Kuba 1962, ketika dunia hampir mengalami perang nuklir. Meskipun jalur komunikasi khusus antara Washington dan Kremlin masih tersedia, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengonfirmasi bahwa jalur tersebut saat ini tidak digunakan.

Sementara itu, Kyiv kembali menjadi target serangan udara Rusia. Pada Rabu pagi, drone Rusia menyerang kota tersebut, menyebabkan kebakaran di sebuah apartemen di Distrik Dniprovskyy. Serhii Popko, Kepala Administrasi Militer Kota Kyiv, melaporkan bahwa kerusakan terjadi di beberapa area, dan jumlah korban masih dalam proses verifikasi. Dalam beberapa pekan terakhir, lebih dari selusin warga sipil telah tewas akibat serangan udara Rusia yang menyasar infrastruktur energi di seluruh Ukraina, memicu pemadaman listrik besar-besaran.

Penutupan Kedutaan Besar AS di Kyiv mencerminkan tingkat ancaman yang semakin serius di wilayah tersebut. Kedutaan AS juga mengingatkan warganya untuk selalu waspada dan siap berlindung jika peringatan serangan udara dikeluarkan.

Dengan situasi yang semakin memanas, dunia terus memantau perkembangan konflik ini, yang kini tidak hanya membahayakan kawasan, tetapi juga stabilitas global. Langkah-langkah diplomatik diharapkan dapat segera meredakan eskalasi ketegangan antara Rusia, Ukraina, dan negara-negara pendukung.

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

DPR Sahkan Revisi UU TNI: Perkuat Ketahanan Nasional dan Tegaskan Supremasi Sipil

21 March 2025 - 10:08 WIB

Trump Batasi WNA Masuk ke Wilayahnya

16 March 2025 - 23:21 WIB

Usulan Tuntutan Rusia ke AS untuk Akhiri Memerangi Ukraina

14 March 2025 - 09:25 WIB

Sekjen Partai Komunis Vietnam Bertemu Presiden Prabowo: Perkuat Kemitraan Strategis

9 March 2025 - 12:48 WIB

Perang Dagang AS Memanas, Negara-negara Bersiap Hadapi Dampaknya

8 March 2025 - 12:39 WIB

Zelenskyy Menyesali Pertengkaran dengan Donald Trump

6 March 2025 - 09:16 WIB

Trending di Internasional